Jumat, 06 Januari 2017

Melatih Anak Berkomunikasi, itu Penting!



“Ah, namanya juga anak kecil”

Begitu respon yang acapkali kita lontarkan tatkala anak kecil mulai menangis, berteriak, merengek, memukul-mukul, atau bahkan berguling-guling. Kita bukannya tidak mengerti bahwa ada sesuatu yang mereka inginkan,  justru, kita sangat paham. Sayangnya, kebanyakan dari kita menganggapnya sebagai suatu  hal yang biasa, tidak perlu dibesar-besarkan, dan tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Ini lumrah, khas anak-anak. Alhasil, kita cenderung menurutinya. Dengan anggapan semuanya akan baik-baik saja seiring tangisan dan amukannya yang mulai mereda.

Padahal, ketika mereka menyampaikan keinginannya dengan luapan emosi seperti itu, itu merupakan salah satu pertanda, bahwa ada yang salah dengan cara komunikasi yang kita ajarkan selama ini. Sekali saja cara meminta seperti itu kita penuhi, si anak akan mengulangi tindakan tersebut di kemudian hari. Jika hal ini terjadi secara terus-menerus, lambat laun  ia akan terbiasa dan itu akan menjadi caranya berkomunikasi.

Berkomunikasi merupakan sarana menyampaikan sesuatu, pikiran dan perasaan seseorang kepada orang lain. Agar dapat dipahami, tentu keinginan dan pendapatnya harus disampaikan dengan jelas, benar, dan tepat. Nah, anak-anak bila tidak cepat diajari dan dilatih untuk menyampaikan keinginannya dengan cara yang benar, maka nanti ketika mereka besar dan dewasa, mereka akan cenderung menjadi sosok yang tidak komunikatif atau sosok dengan cara komunikasi yang buruk.

Mengajak dan melatih anak untuk berkomunikasi dengan baik adalah salah satu cara untuk memaksimalkan tumbuh kembang anak karena komunikasi merupakan bagian dari koordinasi antara otak kanan dan otak kiri. Untuk membuat anak mampu menyampaikan pikiran hasil logika otak kiri; fakta atau pendapat, relevan atau tidak, perbandingan atau kontras, dan sebagainya. Sedangkan otak kanan akan menambahkan unsur emosi perasaan saat disampaikan sehingga dalam komunikasi unsur “berpikiran positif”, menggunakan kalimat dan ekspresi positif, serta tingkah laku positif dapat dilakukan dengan baik.

Sederhananya, komunikasi juga merupakan sarana yang baik untuk membangun kecerdasan emosional anak. Itulah sebabnya, orang tua harus belajar mendengarkan anak dan melatih mereka untuk mengungkapkan apa yang mereka inginkan atau apa yang mereka pikirkan saat menyampaikannya.

Dalam berbicara, orang tua tidak boleh terburu-buru memotong pembicaraan,  membentak anak untuk tutup mulut atau menyepelekan apa yang dikatakan anak, apalagi jika itu dilakukan di depan umum, sangat tidak baik bagi perkembangan psikologis anak. Tindakan ini akan membuat anak minder, tidak berani menyampaikan ide, pikiran, pendapat, atau perasaannya kepada orang lain. Mereka akan cenderung trauma atau takut dibentak orang seperti yang sering ia alami ketika masih kecil. Sebaliknya, komunikasi yang baik akan membentuk konsep diri yang positif, yang akan memberikan keberanian untuk berbicara di depan umum atau berkomunikasi dan bersosialisasi dengan baik.

Dari hasil studi Teaching By Listening; The Importance Of Adult-Child Conversations To Language Development, diketahui bahwa komunikasi dua arah yang dilakukan otang tua-anak akan berpengaruh positif terhadap perkembangan bahasa anak. Anak yang sering diajak ngobrol oleh orang tuanya, terbukti memiliki kemampuan berbahasa dan bersosialisasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang hanya menghabiskan waktunya dengan menonton televisi atau bermain gadget.      

Sangat dianjurkan agar komunikasi dengan anak sebaiknya dalam konteks yang membangun rasa percaya diri anak. Saat bebrbicara dengan mereka, anggap saja semua omongan mereka benar. Tugas kita hanya sebagai pendengar yang berusaha membiarkan mereka menyelesaikan pembicaraannya sampai tuntas. Tugas pendengar adalah mengondisikan agar semua yang hendak dibicarakan dapat diutarakan. Bunda bisa meresponnya dengan pertanyaan-pertanyaan yang memancing mereka untuk bisa menyelesaikan apa yang hendak mereka katakan, sekaligus mengajak mereka untuk berlatih logika dan berpikir.

Perkembangan emosi dan perkembangan anak secara umum di kemudian hari, memang sangat dipengaruhi oleh komunikasi anak-orang tua sejak dini. Otak anak yang masih awal ini akan terus merespons rangsangan yang ia terima melalui pembentukan sambungan-sambungan (sinaps) otak yang akan terus dipertebal goresannya dari hari ke hari. Itulah sebabnya mengapa kemampuan bahasa harus sudah diajarkan pada bayi sejak dini. Semakin banyak rangsangan yang ia terima akan semakin tebal goresan sinaps otak dan ini akan membentuk karakter anak dalam cara ia berbicara kelak.

Nah, sudah jelas kan? Yuk, mulai sekarang, ajak anak-anak kecil bicara, dan dengarkan celotehan mereka.  
Hanya sebuah tulisan penulis artikel anak yang sama sekali belum berpengalaman, hihihi… Semoga kita bisa sama-sama belajar..:)