Kamis, 16 Juni 2011

“Doa surga bidadari dunia”


“Indah dunia terasa mendekap hampa hati. lelah kaki melangkah, suara hatiku pun makin lemah.  Masih adakah cinta yang tersisa untukku, jiwa yang sepi”.
“Astaghfirullah…. Apa yang aku pikirkan? Ya allah, ampuni hamba. Saat ini, Aku tengah di lorong gelisah. Terkulai lemah dalam keputusasaan. Aku tiada berdaya tanpa pertolonganmu… Tiada daya kuatnya jiwa tanpa anugrahmu ya allah… dunia membawaku larut dalam deritanya, dan aku terjebak hingga lupa bersyukur padaMu walau dalam setiap tetes tangis mataku. Maafkan hamba ya Ilahi.. izinkan ku mencintai-Mu dan cinta ini hanya akan ku persembahkan untuk-Mu. Bantulah diri ini agar mampu menerima setiap lembaran kasih kehidupan dengan penuh ketulusan ya Rabb..”.
Bulir air mata jatuh membasahi kertas merah jambu tempat dimana ia biasa menuangkan segala keluh kesah sang hati. Entah kenapa. Hatinya tergerak untuk mengirimkan impuls pada saraf untuk menggerakkan tangan, dan membuka laci meja tempat ia menulis sedari tadi. Tangannya bergerak mengambil sebuah kotak merah yang bertuliskan “Fajri & Nurfa” di kedua sisi sebuah gambar hati. Perlahan, dia membukanya. Tanpa ia hiraukan air mata yang terus jatuh bak gerimis di padang pasir.
Secarik kertas tergulung rapi ia ambil setelah terlebih dulu memeluk dengan hati foto-foto dalam kotak, yang tak lain adalah fotonya bersama pangeran hati yang sangat ia cinta.
                                   
                                                                                                Baghdad, 19 Maret 2004
Assalamualaikum warahmah wabarakah
Teruntuk bidadari dunia, yang ku harap juga akan menjadi bidadari surgaku kelak

Hatiku mengucap rindu padamu dinda, sangat…. Diri ini sangat merindukanmu dan bidadari-bidadari kecil kita. Disini, Aku menunggu waktu untuk mempertemukanmu denganku, dan aku menanti hari, saat dapat kuuungkapkan seluruh rindu dan cintaku padamu. Walau aku tak tahu, adakah hari itu untukku.
Dinda…   maafkan aku jika aku tak lagi mampu memberimu sabda-sabda cinta. Bukan karena aku tak lagi mencintaimu, tapi karena kita hanyalah manusia yang tak kuasa atas segala sesuatu yang akan terjadi. Aku yakin, kaupun mengerti bahwa cinta ilahi harus ada di atas segalanya. Karena Allah lah pemilik kita. kita hidup karena tuhan mencintai kita, dan kita hidup untuk mencintai tuhan. Bukankah begitu sayang? Dan karenanya, tiada kuasa kita dalam urusan kelahiran dan kematian.
Cahayaku, seribu puisi ku tulis ditengah ancaman bom, meriam, dan suara tembakan. Namun, ku pastikan akan tersimpan rapi di selaksa hatiku, dan tahukah kau? Semua puisiku berkisah tentang seorang perempuan yang dari teduhnya pandangan, manisnya senyuman, dan halusnya tutur kata selalu menenangkan jiwaku. Wanita yang selalu menjaga kehormatan diri dan suaminya. Serta Wanita yang selalu mengantarkanku dengan doa dan senyuman setiap hari, hingga akhirnya aku harus bertugas di daerah dengan hawa anyir dan suara rintih isak tangis ini, kaupun mengantarkanku dengan doa, senyuman, dan kau berkata “mas… hati-hati ya,semoga tugas disana dapat berjalan lancar dan semoga kehadiranmu selalu membawa kebaikan. bersama mentari ku menunggumu disini. walau sebenarnya aku selalu tak ingin bermain berlama-lama dalam kuntum rindu yang amat besar terhadapmu. tapi inilah salah satu cara merangkai kehidupan bermakna bukan? kala kita mampu hidup berdampingan tidak hanya dengan ego, tapi juga dengan kewajiban, tugas, hak, ukhuwah dan amalan.”dan ku kecup keningmu waktu itu.semoga itu tidak untuk yang terakhir kalinya.
 Sayang.. Aku yakin kaupun berat untuk melepasku ke tanah perang ini, tapi aku tahu dirimu wanita yang tegar yang rela melepasku demi kewajiban yang mulia walau hatimu harus menangis untuk itu. tapi tenanglah sayang… aku disini baik-baik saja dalam lindungan-Nya. Dan jika Allah menghendaki aku untuk pulang ke rumah, tentu aku sangat mengharapkan itu… aku rindu sambutan kemesraan olehmu untukku. Dan disaat ini, sungguh ingin rasanya ku memandang keindahan matamu. Mata yang dulu dengannya aku bisa melihat cinta. Ingin kupegang erat jemari tanganmu, yang bersamanya aku bisa melukis indah pelangi kehidupan.
Sayang….  Indahmu selalu menghiasi diriku, engkau adalah anugrah terindah tuhan untukku. Begitu juga halnya dengan bidadari-bidadari kecil kita, amalia dan zulfa. Didiklah mereka tuk menjadi sepertimu, berbalut ilmu dan berselimut akhlak, serta menjadi seseorang dengan ketulusan hati dan keikhlasan jiwa. Tentu, akupun mengharapkan mereka untuk menjadi bidadari dunia sepertimu.

Dinda…. Jika aku tak mampu kembali, aku tetap merindukan kalian, merindu untuk berkumpul bersama kalian. Dan semoga Allah kan mengabulkan kerinduan ini, di surga nanti, dan semoga kebahagiaan dihadiahkan untuk kita wahai bidadariku…
Akhir kata, peluk cinta kasihku untuk bidadari-bidadariku selalu….
Wassalamualaikum warahmah wabarakah
Tanpa disadari, bulir-bulir bening itupun kian pecah mengalir diantara kepingan  memoar masa lalu. Peristiwa yang membawanya pada episode baru kehidupan. Ya… hanya sepucuk surat itu, kenangan terakhir antara dirinya dengan laki-laki itu.
“ya allah… hanya Kau yang sanggup bawa diriku masuk indah rencanamu. kuatkan hatiku untuk selalu berpegang teguh pada cinta ilahi. Ku mencintainya karena-Mu, dan kini ku ikhlaskan dia tuk bersama-Mu.”
Sebuah alunan kata hati mengalir indah dari bibir ranum yang sayu. Ya… kecantikan hati yang terpancar, keteduhan jiwa yang menenangkan, sejenak syahdu oleh kabar mengenai meninggalnya journalist asal Indonesia, dan orang itu tak lain adalah laki-laki yang paling ia cintai, fajri. Tembakan dan bom telah mengantarkannya mati syahid bersama tugas yang diembannya sebagai journalist berita salah satu media massa.
 Perlahan…teratur, dia terjatuh. Tenggelam dalam riak tangisnya. Namun itu tak lama, diapun langsung memeluk dua putrinya. Berusaha menenangkan keduanya.
“Lia…zulfa… ayah sayang sama kalian. ayah orang yang baik, sangat baik… hingga allah pun menyayanginya dan cepat-cepat memanggilnya ke surga. Sayang…kita hanyalah manusia, yang hidup karena cinta Allah dan hidup untuk cinta kepada Allah pula. Sehingga setiap manusia pasti akan mengalami apa itu kelahiran dan kematian, Termasuk ayah. Tentu, kalau manusia bisa menolak kematian, ayah pasti akan menolaknya karena ayahpun pasti masih ingin melukis pelangi dalam sebaris tawa bersama kalian dan menyaksikan kalian menapaki perjalanan mimpi seindah pelangi. Lia.. zulfa… jangan lupa rangkai doa untuk ayah ya sayang…”
Ya… kesedihan itu tak bertahan lama. Adalah ia yang tak ingin berlama-lama dalam jerit pahit kehidupan. Adalah ia yang kan segera mengubur pahit takdir sedalam waktu. Ia percaya walau gerimis menghujani hidupnya saat ini, pasti akan ada pelangi jika mau bersabar nanti. Sungguh, rencana tuhan jauh lebih indah dari segala rencana manusia. Walau dia tak setegar batu karang, tapi dia tak ingin orang lain terutama bidadari-bidadari kecilnya melihat kesedihan, dan turut berduka atas adanya.
 Alunan cerita hidupnya mulai menapaki episode baru, dia harus berjuang sendiri mendidik dan membesarkan putri-putrinya. Amalia Sabrina fajri, putri pertamanya yang kala itu tengah duduk di bangku kelas 6 SD, dan Alanis Zulfania fajri di kelas 3 SD. Saat itu, Tentu dia takkan mampu menopang ekonomi keluarga hanya dengan mengandalkan gajinya sebagai guru SD. Dan hal itu menuntut dia untuk mulai merintis usaha dari bawah. dia membuka usaha kue-kue kering. Di awal perjalanan usahanya, ia titipkan di toko-toko terdekat sembari menunggu modal terkumpul, dan ketika hal itu terwujud ia melebarkan sayap hingga ke segala jenis roti, dan ia pun mulai membuka toko kue-roti sendiri, yang perlahan mulai berkembang sangat pesat hingga kini.
Walaupun waktunya selama ini memang benar-benar telah terbagi, antara jadwal mengajar, membuat kue, dan waktu bersama putri-putrinya. waktu yang paling berharga adalah waktu bersama putrinya, sesibuk apapun dia, dia selalu menyempatkan diri tuk makan bersama, menemani mereka belajar, mendengarkan keluh kesah sang buah hati, serta shalat berjamaah dan mengaji bersama di hampir setiap waktu shalat. dengan penuh ikhlas dia menjalani semuanya. dia tetap melangkah meski lelah, tetap tersenyum meski sulit, dan tetap sabar di tengah takdir.

“Mas… Hari telah berganti, waktupun berlalu setelah kepergianmu. Enam tahun sudah kau pergi meninggalkanku, sebuah kado terpahit yang tak pernah ku bayangkan akan hadir di hari kelahiranku, tanpa aku bisa melihat wajahmu tuk yang terakhir kali. Namun, yakinlah, Kisah yang telah kau berikan kepadaku kini kubingkai indah Seperti kau membingkai hari untukku. Tak mau kuhapus, walau kini kita telah berada di dunia yang berbeda
Angin malam…Dengarlah …Tentu kau bisa cium wanginya bait-bait kesepianku. Terbangkanlah hingga ia menciumnya. Bawalah pula rasa rindu ini untukknya. Katakan padanya, bersama mentari aku menanti cintanya dalam fananya  Dunia dan kekalnya akhirat.”

Air mata kian menderas, oleh kenangan sedih yang tak mampu terlukis oleh kata-kata. Dia mencoba untuk bisa mengendalikan diri. Beranjak dan menuju kamar mandi di luar kamarnya. Dan seiring mengalirnya air dari kran, perlahan ada sebuah kejernihan hati yang berhasil mengalahkan emosi kewanitaannya. Ia mulai Menangkupkan kedua telapak tangannya dalam dingin dan sejuknya air wudhu di pertengahan malam itu. Khusyu’ ia basuhkan air itu di wajahnya. Ia biarkan dinginnya meresap hingga ke dalam hatinya. Biarkan tetesan air suci ini membersihkan kotornya tubuh dan hati.
Maha Suci Engkau Ya Rabb..
Sungguh wanita penuh dosa ini kembali lagi mencari kesempurnaan dalam mata air Kesucian-Mu.. Dan dalam kekerdilan dan kerapuhan diri ini, izinkan hamba berlindung dalam Ketinggian dan Kesempurnaan cinta yang utuh menjadi milik-Mu..”
Rahasia hidupku hanya Kau yang tahu. Hanya pada-Mu ku memohon penuh harap dalam setiap sujudku.  Hamba bermohon dengan segala Kemahabesaran-Mu agar Engkau berkenan melapangkan hati hamba.. Menyamuderakan cinta hamba.. Meluaskan kemaafan dan kesyukuran hamba.. Hingga hamba sanggup menerima segala beban penggelayut jiwa ini dengan segala sikap dan amalan yang Engkau Ridhoi saja..
Ya Rabb…., sayangi aku dalam anugrahmu. Aku tak punya apa-apa, selain hati yang akan selalu menunggu sapa-Mu. Rengkuh aku dalam hangat cinta-Mu. Hingga waktu kan menyapa, dan akhirnya aku terlelap dalam penyerahan sempurna dalam pelukan bumi.
Rembulan makin elok dalam keteduhan sang malam. dalam gelap, senyumnya laksana sayap-sayap malam yang ramah, masuk melalui tingkap-tingkap tertutup membawa cahaya yang ia pinjam dari mentari. Dalam harap, cahayanya mampu membawa secercah sinar walau dalam bayangan gelap hidup sang malam. Berharap mampu menghapus jejak-jejak aliran air mata kenangan.  Cahaya itupun mencubit manja wajah perempuan bernama nurfa yang terkulai dalam lelap mimpi. Mimpi yang manis nan indah dari kenyataan yang akan ditemuinya saat terjaga. Beruntunglah cahaya dikarunia kemampuan tuk mampu menelusup tingkap-tingkap kaca, hingga ia mampu menjadi teman malam dalam kesendiriannya bermimpi. Hingga, batas waktu dinas rembulan pun berakhir, dengan harap mentari pagi kan membawa senyum bersamanya.
xxxxxxxxxxx
sebuah kecup hangat melayang di pipi ranum sang hawa, perlahan… dia tersadar.
“bunda…. Selamat ulang tahun.” Ucap dua gadis yang telah berdiri di hadapannya dengan sebuah kue tart.
“sayang…. Makasich ya…” ucapnya haru
“maaf bunda… kita gak punya hadiah special buat bunda, tapi kue cinta buatan tangan kita ini, serta doa khusus dan special teruntuk bunda tercinta” ucap lia
“bunda kan pernah bilang, ngebahagiain seseorang gak harus dengan sesuatu yang bernilai materi, yang penting dengan ketulusan hati dan keikhlasan jiwa, ya kan bunda?” lanjut zulfa
“dan kue cinta ini terangkai dari tangan-tangan tulus yang dilandasi cinta kasih kami tuk bunda”
“serta doa agar bunda tetap bersinar walau telah memasuki kepala empat, diperpanjang umurnya, dipermudah rezekinya, diberkahi kesehatan, dan….”
“semoga harapan bunda yang juga menjadi harapan lia dan dek zulfa, akan ayah, bunda, dan kita dihadiahi allah untuk menjadi sebuah keluarga bahagia di surga kelak dikabulkan oleh Allah.  
“amien….. makasich lia, zulfa… kehadiran kalian, prestasi-prestasi kalian, serta keshalihan kalian, adalah sesuatu yang paling indah buat bunda.” Seraya memeluk kedua putrinya
“kita tak akan bisa seperti ini tanpa bunda..”  
“doakan kami ya bunda…. Doakan lia agar lia bisa betah di mesir dan bisa memanfaatkan beasiswa itu untuk  menambah ilmu yang bermanfaat, memperbaiki akhlak, budi pekerti dan kepribadian lia”
“tanpa lia mintapun, doa bunda akan selalu terangkai untukmu dan zulfa. Lia di mesir hati-hati ya, jaga kehormatanmu sebagai seorang wanita. Timbalah ilmu sedalam-dalamnya, serta tingkatkan amal ibadah dan akhlakmu. Jika kau sedang sendiri dalam sepi, dan hanya ada rindu yang menemanimu. Lia tahu kan apa yang harus dilakukan?”
“ya bunda… penguasaan atas emosi yang terbaik dengan wudhu dan shalat, bersujud kepada sang pemilik Rindu”
“bunda… doain zulfa juga” oceh zulfa tak mau kalah
“wah… dek zulfa takut gak kebagian ya doanya bunda, hehehe….”
“ah… mbak lia..
Bunda… doaian zulfa semoga zulfa bisa lulus dengan nilai terbaik, dan bisa diterima di sma favorit zulfa. Terus… semoga zulfa juga bisa berprestasi seperti mbak lia, bahkan bisa lebih dari mbak lia”
“huuu…. Maunya..”
“doa bunda juga akan terus ada untuk zulfa. Bunda yakin zulfa bisa menggapai mimpi-mimpi zulfa asalkan dibarengi dengan usaha, ikhtiar dan doa.
Doa bunda akan selalu untuk kalian, bunda sayang putri-putri bunda. Ayahpun begitu, pasti ayah juga tersenyum bangga pada kalian. Semoga, doa kalian juga dikabulkan oleh Allah. Semoga kelak kita dihadiahi allah untuk menjadi sebuah keluarga bahagia di surga. Semoga kerinduan ini akan dipertemukan di surga. Karena di surga, menara-menara cahaya menjulang untuk hati yang saling mencinta karena-NYA.
“amien” ucap mereka serentak.


Selasa, 14 Juni 2011

“You are what you think” dalam “Limit” dan “Border”

 
 “You are what you think”. Kamu adalah apa yang kamu pikirkan. Pandangan kita terhadap ihwal diri kitalah yang akan menjadi kenyataan untuk kita. Baik itu masalah keberhasilan ataupun kegagalan dari berbagai usaha pencapaian hidup.
Hal senada juga diungkapkan oleh Stephen R. Covey dalam bukunya The 7 Habits of Highly Effective People bahwa kita melihat dunia, bukan sebagaimana dunia apa adanya, melainkan sebagaimana kita adanya atau sebagaimana kita dikondisikan untuk melihatnya. Jadi, dunia masa depan semuanya tergantung dari bagaimana kondisi dan kemampuan kita dalam menyambut kedatangannya. Terkait kondisi dan kemampuan dalam usaha menapaki mimpi, saya teringat pada seseorang yang mengaitkannya dengan konsep “limit” dan “border”. Apa hubungannya dengan dua kata itu?? jujur, saya pun bertanya-tanya,  tapi syukurlah allah memberikan jalan bagi pikiran saya untuk menelaahnya, dan semoga hal itu mampu mengubah saya dan sahabat…..
Limit dan border jika hanya dilihat secara kasat mata memang hanya sebuah kata sederhana. Limit hanya berarti “batas” dan border dengan “perbatasan”. Sederhananya, Batas merupakan sesuatu yang memang tidak bisa kita lampaui. Sedangkan perbatasan adalah sesuatu yang harus kita lewati.
Tapi, tahukah sahabat? Bahwa  dua kata ini memiliki makna yang tidak sesederhana makna kamus belaka, lebih dari itu keduanya memiliki makna yang mendalam dalam diri kita…
 Coba kita perhatikan orang-orang yang kita idolakan. Saya sendiri misalnya, saya seorang  penggemar sastra, dan sangat mengidolakan pramodya ananta toer dan asma nadia. Orang-orang besar  seperti mereka adalah orang yang mampu melintasi perbatasan mereka sendiri. Tak ada kesuksesan yang datang sendiri bukan?, hanya dengan perjuangan dan doa lah allah akan mengirimkan kesuksesan itu untuk kita.
Melintasi perbatasan diri sendiri erat kaitannya dengan perjuangan. Nah… hal ini yang cukup berat tuk dijalankan, termasuk bagi saya…. Jujur, saya sendiri masih sering dihinggapi rasa malas, dan tetap enjoy dengan kehadirannya… selain itu, juga sering hadir sikap suka menunda sesuatu. “Ah… masih ada hari esok..” kalimat itu yang sering hadir dalam benak saya ketika hendak membuat suatu karya, dan akhirnya…. Karya itupun gak pernah ada yang terwujud. Klopun terwujud mungkin masih  akan lebih bagus jika saya langsung menuliskannya ketika inspirasi itu datang. Huhft…. Sifat yang buruk memang…
Kita juga  seringkali menciptakan batas bagi kemampuan kita sendiri. Kita meyakininya sebagai garis yang yang tidak mungkin kita lintasi. Padahal, sejatinya ia adalah perbatasan, sesuatu yang mestinya kita ciptakan untuk suatu saat kita lampaui. Memang selalu ada batas untuk kemampuan kita, tetapi barangkali kita tidak pernah dan tidak perlu tahu di mana batas itu. Kadang-kadang kita gagal mengembangkan diri lantaran terlampau yakin bahwa kita sudah sampai di garis batas.  Berangkat dari pengalaman saya sendiri saja, dulu pas sma saya sangat lemah dan kesulitan dalam segala mata pelajaran, khususnya fisika. itu karena saya dulu menciptakan batas yang terlalu sempit untuk kemampuan saya. ”aku gak bisa”  ”aku gak ada bakat disini” dan saya juga berpikir bahwa saya tidak akan bisa menjadi seperti teman-teman saya yang menguasai bidang ilmu itu. Padahal sebenarnya, tepat pada saat saya berpikir semacam itu, sesungguhnya saya telah menetapkan batas yang mengungkung dan mengerdilkan diri saya sendiri.
Dan syukurlah allah mempertemukan saya dengan orang yang menyadarkan dan menginspirasi saya. Allah tentu tidak ingin saya dan umatnya yang lain berlama-lama berada dalam ranah ini.
Hingga saat ini saya senantiasa berupaya meyakinkan diri saya bahwa hari ini kita belum mencapai batas akhir kemampuan kita. Oleh karenanya, kita harus senantiasa beribadah, belajar, dan berlatih. Karena dalam beribadah kita menjadi sadar bahwa kita bisa lebih baik dari hari ini. Dalam belajar, kita menjadi yakin bahwa kita bisa lebih cerdas dari hari ini. Dalam berlatih, kita menjadi tahu bahwa kita bisa lebih terampil dari hari ini.
Teruslah bermimpi sahabat,,, teruslah berkarya. berpikirlah positif terhadap masa depan, janganlah takut membentangkan permadani mimpi seluas samudera, karena dengan bermimpilah kita bisa memiliki masa depan. Dan yakinkan diri bahwa kita bisa menggapainya, karena keyakinan adalah sebagian dari kenyataan. Keyakinan adalah pijakan awal kita dalam langkah menapaki perjalanan mimpi. Tanpa mimpi, tak akan ada yang namanya masa depan. Dan tak ada keyakinan, juga takkan ada mimpi itu di masa depan. Semoga mentari esok masih bersinar saat waktu mempertemukan kita dalam kesuksesan mimpi....;)

Hanya secarik coretan tuk motivasi diri saya, dan semoga juga berarti bagi kalian sahabatku….^^