Jumat, 28 Agustus 2015

Belajar Mencintai Kehilangan



“Kita tak perlu saling menunggu, Kita hanya harus belajar saling melepaskan dan menerima dengan ikhlas segala ketetapan-Nya.”

Mungkin, kita sering berandai-andai tentang hubungan yang membahagiakan. Berharap punya pasangan yang sifat dan karakternya benar-benar kita idam-idamkan atau menjalani hubungan yang langgeng hingga ke pelaminan bahkan hingga akhir hayat. Segala keinginan dan harapan itu membuat kita lupa bahwa bagaimana pun tak ada cinta ataupun jalan cinta yang sempurna.

Kau benar, sampai detik ini aku masih hafal bagaimana cara mengalur rindu, menyimpan rasa yang begitu jujur ini diam di tempatnya. Ya, aku masih menjadi seseorang yang bagaimanapun masih berharap doanya makbul. Bukankah hakikat tertinggi dari cinta adalah doa?

Hanya saja, tak ada yang sanggup mendengar lirihnya doaku yang berharap kau memang terlahir untukku, pun aku tercipta untuk melengkapi rusukmu. Kecuali Dia. Sang pemberi restu.

Ah, andai kau tahu betapa besar rasa dan harapku padamu, bahkan aku sendiri tidak bisa mengerti, ketika cinta tidak datang melalui mata, apa mungkin Allah yang menjatuhkannya? Lalu, apa yang bisa aku lakukan, selain meyakinkan hati, tuk sabar menanti. Seperti yang kau bilang, biarkan rasa ini indah dan mekar pada waktu-Nya. Ya, hanya restu Allah yang akan menjadikan kita bersatu.

Barangkali benar, ini hanyalah sebuah cinta yang tak perlu jemari untuk menggenggamnya. Ini cinta yang tak meminta lengan memeluknya. Cinta yang tak menggunakan mata untuk menatap setiap gerak geriknya. Cinta yang tak membuka mulut untuk menyuarakannya. Karena ini cinta yang merindu lewat doa. Ini cinta yang menunggu Allah menyatukannya.

Dan kini, ketika Allah telah menetapkan rencana-Nya, tak peduli seberapa besar rasa ini tumbuh di hati, pada akhirnya kita juga tak bisa apa-apa. Berbagai pertanyaan berkecamuk di kepala, mengapa harus begini? Bukankah harapan dan rencana kita adalah rencana baik?

Ah, hati. Sepertinya kau memang benar-benar harus menguatkan diri. Yang terbaik menurut manusia belum tentu yang terbaik menurut Allah. Dia, lebih tahu atas segala sesuatu.

Ya, Bagaimana pun aku harus memahami dan menerima dengan hati bahwa apa yang kita inginkan tak bisa selalu menjadi kenyataan. Ada kekuatan yang Maha, yang menentukan ujung semua jalan. Ada pelajaran-pelajaran yang ingin Ia sampaikan dengan cara-Nya sendiri. Meski saat ini kita tak tahu itu apa, percayalah ini adalah yang terbaik dari-Nya. Mari, kita bersama-sama belajar saling melepaskan, hingga akhirnya kita bisa sama-sama ikhlas untuk mencintai kehilangan.

Dan untukmu, maaf jika selama ini aku terlalu mengindahkan mimpi-mimpi di sampingmu. Maaf jika aku telah mengganggu sebagian besar waktu dan hari-harimu. Dan terima kasih atas segala kedewasaan, dan kebijaksanaan yang telah kau ajarkan. Kini, Kutitipkan salam dan keinginanku pada Allah, agar hidupmu baik-baik dan tak kekurangan. Semoga hari-harimu bahagia dan kau diberi kesehatan. Harapanku, agar doa-doa yang biasa kau rapal segera dapat jawaban. Semoga Dia berkenan mewujudkan mimpi-mimpimu jadi kenyataan. Percayalah, meski semuanya tak lagi sama, doaku tak putus-putus untukmu, kukirim dari sini.

Selamat Ulang tahun untukmu. Barakallah. Apapun yang kau nikmati hari ini, di hari istimewamu, tentu akan terasa lebih sempurna bila kau mengingat segala rahmat Allah yang telah dicurahkan-Nya untukmu. Betapa Allah masih menyertai  dan memberi kau kesempatan, untuk mengulas, memperbaiki segala yang kurang menjadi lebih, dan lebih. Tentu lebih baik dari hari kemarin. Semoga Allah segera menjawab semua doa-doamu. Dan semoga tahun depan, sudah ada sosok wanita sholehah yang senantiasa mendampingi, mengerti dan memahami, serta selalu mendukung dan berjuang bersamamu. Amin amin yaa rabbal alamin…

Surabaya, 28 Agustus 2015