Sabtu, 29 Maret 2014

Rinai dan Pelangi



Sore ini, hujan turun kembali tuk membasahi bumi. Alunan syahdu gemericik hantarkan aroma tanah yang mengepul oleh timpaan rintik sang hujan. namun entah kenapa kali ini hujan datang seolah untuk mengenang engkau.. mengenang apa yang tertinggal seperti apa yang disebut kenangan. Yang berkisah tentang gelak, isak, jemari dan bahu yang selalu saling memberi, dulu…

 Dari balik kerai tipis, mataku tak henti memandang ketukan halus sang gerimis, bersama kenangan yang melukai hati, yang entah darimana ia datang kembali menghampiri. Yang jelas akupun tak pernah mengharapkan hadirnya. Aku hanya berharap akan bertemu indahnya sang pelangi. Berharap bersama pelangi ku kan mampu melukis kisah dalam sebaris indah tawa bahagia, walau tanpamu disini..
Kupandangi sepanjang jalan, namun yang kusaksikan hanyalah kabut tipis putih menyelimuti alunan titik-titik hujan yang saling menyusul menerjang apapun yang menghalangi turunnya. Tapi, titik-tik halus itu kini tak lagi menyentuh tubuhmu, seperti dulu. Tak ada lagi dirimu yang lewat depan rumahku, menjemputku tuk ikut berbaur bersama hujan. Ah… romantisme hujan ala anak-anak… dan ketika hujan telah di penghujung waktu, kau mengajakku ke tepi tanah lapang, menjauh dari teman-teman yang tetap asyik bermain di tengah sisa-sisa rintik hujan.

Kau bilang, sebentar lagi kita kan bertemu dengan sosok yang selalu siap memberikan warna-warni kehidupannya untuk kita. Saat hujan datang dengan awan kelabu, dan kita mampu sabar tuk menanti, dia akan datang dengan goresan cerah yang mampu mengembalikan perasaan seseorang yang sejenak kelam oleh kelabu sang hujan. Ya… dia adalah pelangi. Sebuah lengkung sempurna bernafaskan Cahaya indah yang terbias melalui sisa-sisa titik air hujan di udara. Dan ketika sayup pelangi telah menyapa, Torehan semu berwarna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu telah menggoresi langit dengan indahnya. kita kan berbaring di tanah lapang, merebah lelah, melepas penat, dan kita akan tersenyum, tertawa dan riang kembali selepas melukis kisah bersama pelangi.

 Ah, sungguh romantisme persahabatan masa kecil. Tidak….. tidak benar rasanya jika itu hanya disebut kenangan masa kecil, di usia remajapun pertemanan itu masih erat terjalin. Walau kita tak lagi bersama di satu sekolah menengah pertama, tapi itu tak mengapa…. Kita masih tetap saling bersandar atas segala keluh kesah, masih sering bermain bersama hujan, dan tentu… masih setia menunggu senyum pelangi…

“tapi sayang ya… cuaca mampu membuat kita sejenak terpisah” ucapku seiring menghilangnya sang pelangi
“hmm… mksudmu?” balasmu heran
“Ya…. Antara kita dan pelangi, pelangi hanya mampu menemani kita selepas hujan pergi. Padahal aku ingin setiap saat, setiap musim,setiap aku sedih, aku bahagia, pelangi ada bersamaku”
“hmmmmm… tau nggak kalo ada pelangi lain yang lebih setia dari pelangi itu?”
“hmmm …. Emang ada pelangi apa lagi?”
“persahabatan kita… bukankah sahabat akan selalu ada. Seperti yang kau bilang… Jika kita jatuh, sahabat akan membantu kita untuk bangun. Saat hati kita terluka, sahabat akan hadir obati luka dan menghapus air mata. saat kita hilang arah, sahabat akan membimbing sembari menerangi langkah. saat kita bersedih, sahabat akan tunjukkan kita bahagia, ajarkan kita tersenyum, dan memperlihatkan keceriaan kembali. Sama kan seperti pelangi? Malah lebih setia dari pelangi”
“iya…. Sama seperti pelangi, persahabatan juga memiliki warna-warni kehidupan yang berarti. Yang dengannya kita mampu menghapus luka dalam sebaris tawa bahagia”
“jadi, kau tak perlu takut kehilangan pelangi, karena aku pelangimu, dan kau pelangiku. Kau tak usah khawatir, karena aku akan selalu menemanimu…”
“tapi…. Bisa aja kan suatu saat waktu atau jarak membuat kita saling lupa?
“haha…. Konyol banget pertanyaanmu… gak mungkin lha aku melupakanmu, kau adalah bidadari special di hatiku. Sampai kapanpun, kau akan selalu bersemayam di hatiku…  dan kelak, jika waktu benar-benar memisahkan kita, hujan inilah yang akan bercerita tentang kisah yang pernah ada, jadi.. simpanlah baik-baik aku dan cerita hujan ini di hatimu, dan tersenyumlah saat pelangi ini kembali turun mengunjungimu, karena di saat itu aku juga akan tersenyum karena merindukanmu… ”
“ihhhhhhhhh…….. gombal banget dech kamu!! tapi janji ya… setiap hujan turun, dan pelangi telah menggantikan hujan. Kita nikmati saja alunan syahdu kisah kenangan, yang membawa kelindan bait-bait rindu akan masa lalu, denganku… janji!!!”
“janji”

Ah.. mungkinkah sekarang aku sedang ingin menikmati sebuah kenangan yang bahkan pada sekatpun ingin kubenamkan, jauh….. jauh di dasar hati.
Tak mungkin? Tapi aku ingin…

Bukankah hidup ini juga sebuah perputaran. Jika ada bahagia, juga pasti akan ada duka, begitupun halnya dengan cinta. Cinta memang indah, tapi juga bisa menyayat luka yang sangat pedih. Luka di hati yang tak tampak, terasa ada, terkatakan tiada…
Mata menadah menatap langit, perlahan… tetes demi tetes gerimis berubah kembali menjadi hujan deras. Tak bolehkah aku berharap, agar pelangi datang menemaniku yang tengah sendiri dalam pilu….

0 komentar:

Posting Komentar