Rabu, 11 November 2015

Hiduplah dengan penuh kesyukuran, Nak!








Sudah menjadi sifat dasar manusia terlahir dengan nafsu, yang menjadikannya tidak pernah puas dengan segala yang dimilikinya. Setelah memiliki sesuatu, tentu akan menginginkan yang lain. Setelah mencapai suatu target tertentu, tercipta target-target baru yang harus dicapai selanjutnya. Apa itu salah? Menurutku, memang tak sepenuhnya salah. Karena itu juga pertanda bahwa hidup kita terus bergerak dan berkembang. Tapi tentu, kita juga harus paham bagaimana cara mengendalikannya. Karena jika tidak, nafsu itu bisa membabi buta, bergerak menyerusuk tanpa terkendali. Dan seringnya, justru akan memupuk kemudharatan. Membutakan hati. Lalu, apa yang tersisa jika hati telah buta selain ukuran kebahagian dunia yang sebenarnya fana?

“Selalu ada tangan Allah di balik hidupmu. Jika kau sedang berada di bawah, jangan pernah kau putus asa dan berburuk sangka. Dan jika kau sedang berada di atas, sungguh sangat tak patut rasanya untuk berpuas dan berbangga diri. Apapun itu, syukurilah. ”

 Jika hidupmu saat ini masih terasa begitu menyesakkan, itu artinya Allah masih ingin mengajarimu arti perjuangan. Bukankah takkan pernah ada rasa manis jika sebelumnya kita belum tahu rasanya pahit? Ya, tetap jalanilah hidupmu. Jalanilah dengan penuh kesyukuran. Karena itulah sumber kebahagiaan yang sejati. Nikmat Allah tidak hanya berupa materi yang harus melimpah bukan? Sungguh, jika kita mampu membuka mata, betapa besar nikmat Allah yang Ia karuniakan pada umatnya di setiap waktu. Nikmat sehat, nikmat waktu, nikmat kesempatan, dan nikmat-nikmat lainnya yang acapkali tak terlihat, dan seringkali terlupa untuk disyukuri.

“Hidup itu tidak hanya harus melihat ke atas Nak, sesekali melihatlah ke bawah, agar kau benar-benar bisa memahami apa arti hidup sebenarnya.”

Sejak kecil, kita sudah dididik untuk menggantungkan mimpi setinggi langit. Itu artinya, kita telah diajarkan untuk mengejar sesuatu. Tidak lain, agar kita senantiasa memiliki semangat untuk menjadi pribadi yang lebih baik dari yang sebelumnya. Bukan justru menjadikan “atas” sebagai ukuran atau patokan dari sebuah kebahagiaan hidup. Karena jika itu terjadi, betapa meruginya kita karena telah lalai untuk mensyukuri nikmat-Nya yang jarang kita sadari karena terlalu focus untuk melihat mereka yang berada di atas. Sesekali lihatlah mereka yang berada di bawah, agar kau tahu betapa  sebenarnya kau sangat beruntung. Mereka akan mengajarimu cara mensyukuri kehidupan.

Idealnya, segala sesuatu memang harus seimbang. Boleh saja kita mengejar kehidupan duniawi, asal kita tak lupa mendekat pada-Nya, Sang pemberi. Cara yang paling sederhana, adalah dengan bersyukur. Bersyukur adalah ungkapan rasa terima kasih seorang hamba pada Tuhannya. Dengan bersyukur, kita menyadari bahwa kita hanyalah manusia yang lemah, yang tak memiliki kuasa tanpa bantuan dan pertolongan-Nya. Syukur juga pertanda bahwa kita yakin, bahwa Allah tidak pernah meninggalkan hambanya. Barang sedetikpun, tidak.

“Bersyukurlah Nak, maka kau akan bahagia.”

Wujud syukur pun ada bermacam-macam. Wujud paling sederhana, dengan ucapan “Alhamdulillah”. Lebih atas lagi, bisa juga dengan mengamalkan apa yang kita punya, baik itu rizki ataupun ilmu. Sederhananya, kita sedang meneruskan kesempatan. Cara seperti ini adalah salah satu cara ampuh untuk menghindarkan hati dari bahaya kufur nikmat. Yang jika dibiarkan, akan merembes menjadi sifat serakah, sombong diri, dan takabbur. Sungguh, semoga kita dijauhkan.

Salah satu CEO Penerbit di kota Jogjakarta, pernah mengungkapkan alasannya mengapa ia sangat getol menularkan semangat literasi pada calon-calon penulis muda, menyediakan ruang untuk mereka, dan membantu rumah-rumah baca dengan menyuplai buku-buku. Dan semuanya, gratis. Beliau mengatakan, bahwa itu adalah salah satu cara untuk senantiasa membersihkan hati. Utamanya, hati ketika kita sudah diberi kesuksesan. Karena, sudah menjadi sifat setan untuk selalu menggoda manusia. Dan hati adalah sasaran yang paling rawan akan godaan setan yang begitu halus menelusup. Karena hidup, hakikatnya adalah tentang ujian hati.

Maka, mari kita hidupi hati ini dengan penuh rasa kesyukuran. Tak peduli itu dalam keadaan sempit atau lapang, jika hati telah berhias syukur, kebahagiaan hidup pun akan teraih. Percayalah.

0 komentar:

Posting Komentar