Setiap tahun, di tanggal yang
sama, semua orang pasti akan mendapatkan ucapan selamat dan doa yang kurang
lebih isinya begini, “Selamat Ulang tahun… semoga sehat, sukses dan Allah
senantiasa melindungimu dengan cinta kasih-Nya, semoga doa-doa yang terungkap
dikabulkan-Nya, Amin”.
Ya, sama halnya seperti satu
tahun yang lalu. Hari ini, tepat di tanggal dan bulan yang sama saya juga ingin
menulis catatan untuk diri saya sendiri. Sebuah catatan ulang tahun, mengulang dan
mengurang “tahun”.
Halo, Diriku.
Bagaimana suasana hatimu saat
ini? Aku harap kau selalu dalam kondisi baik dan selalu dalam lindungan-Nya.
Ah, iya. Selamat memperingati
hari kelahiran yaa, hari dimana kau pertama kali menjejak dunia. Sudah berapa
usiamu ketika membaca surat ini? Hmm… Rasanya bilangan usia sudah menunjukkan
bahwa diri ini tak lagi muda. Meski nyatanya, di usia saya saat ini, saya masih
merasa berada pada masa di mana saya masih gemar bertekuk lutut pada ego. Memakluminya?
Boleh saja. Manusiawi bukan?
Karena itulah, saya sengaja
menuliskan catatan ini untuk diri sendiri. Tidak hanya sekedar refleksi, tapi
juga sebagai catatan kecil yang saya harap mampu menemani saya ketika hati
begitu lelah dihajar keadaan dan ingin kembali dikuatkan.
Ulang tahun. Sebuah perayaan yang
sebenarnya, hakikatnya adalah mengulang dan mengurang. Meng ”ulang” tahun,
tentu bukan mengulang tahun yang sudah berlalu, tapi lebih pada berulangnya
penanggalan awal kelahiran namun pada tahun yang berbeda. Anggaplah, di hari
itu kita bernostalgia, mengingat kembali detik-detik awal kemunculan kita di
dunia. Bahwa Allah mengijinkan kita untuk hidup, menikmati dunia, tentu karena
ada sesuatu yang harus kita lakukan. Sebagai hamba-Nya, dan sebagai makhluk-Nya
di dunia.
Saat seseorang merayakan ulang
tahun, ia akan diberikan selamat berupa doa-doa, seperti panjang umur, sehat,
rezeki, jodoh, anak dan lain-lain. Suasana diselimuti kebahagian, sama halnya
seperti ketika hari lahir itu bukan? Tapi, sebenarnya saat lagu ulang tahun
dikumandang dengan syair panjang umurnya, waktu itu pulalah jatah
umur kita di dunia justru semakin ber”kurang”.
Ketika kita memaknai perayaan ini
sebagai momen mengulang, di saat itulah kita sadar dan percaya bahwa ada sebuah
masa depan. Sebuah masa yang akan kita lakoni esok hari, dan kembali akan kita
kenang di tahun depannya lagi, di tanggal yang sama. Dan ketika kembali tiba di
tanggal yang sama, usia kita telah bertambah, dan secara otomatis jatah umur
hidup justru berkurang. Ibarat lilin ulang tahun, cahaya perayaan yang selalu
dibarengi dengan berkurangnya batang lilin itu sendiri.
Nah, di antara keduanya, “mengulang”
dan “mengurang” itulah, seharusnya terdapat momen refleksi. Merefleksikan kualitas diri, apakah usia hidup
ini telah memberi manfaat bagi kehidupan? Semakin baikkah ibadah saya sebagai
hamba-Nya, sikap sosial saya terhadap sesama, dan adakah perubahan ke arah yang
lebih baik yang telah saya sumbangkan untuk kehidupan? Sebelum akhirnya, waktu
yang semakin berkurang tiap tahunnya itu pada akhirnya akan mencapai titik
nadir, habis.
Ah, saya jadi teringat kata ini,
“Hidup sekali, berarti, lalu mati”.
Itulah kehidupan bukan? Dan kita
memang menjadi bagian di dalamnya.
Maka, di hari ini, di hari spesial ini, mengulang doa memang tak akan pernah jadi percuma, tak mungkin
sia-sia begitu saja, karena tak ada doa yang sederhana. tapi, Saya juga tidak
ingin berbicara banyak tentang apa saja harapan dan doa-doa saya di sini. Biarlah,
mulai detik ini saya belajar mengeja ikhlas dengan benar. Untuk segala yang
masih membayang, segala yang masih jadi tanda tanya, segala yang masih abu-abu.
Barangkali, selama ini saya lupa bahwa satu cara paling mujarab atas
penyelesaian suatu perkara memang hanya mengembalikan segala pada pemilik
tunggalnya. Allah. Dan kini, saya menyerahkannya. Tugas saya? hanya menjalaninya, melewatinya dengan bijak dan belajar dengan cara sesempurna yang saya bisa. bukan begitu?
Untuk semuanya, terima kasih atas segala doa. Semoga kebaikan, keberkahan, rahmat dan ridha-Nya juga senantiasa menyelimuti kalian. Amin
0 komentar:
Posting Komentar