Minggu, 29 Maret 2015

Ijinkan, Kami Tetap Nyaman Dengan Diri Sendiri



Persahabatan memang sepatutnya menanggalkan gengsi. Semuanya, selayaknya dijalani dengan jujur tanpa ada yang ditutup-tutupi. Namun, ketika dia tak sama dengan dirimu yang terbuka, bukan berarti harus berselang sengketa, bukan?

Karakter orang memang berbeda, dan karena itu pula perlakuan yang harus diberikan juga berbeda. Katakanlah, saling memahami karakter masing-masing. Ada beberapa diantara mereka yang ekstrovert, ada yang introvert, bahkan ada yang ambivert. Diantara ketiganya, orang-orang introvert-lah yang paling rentan disalahpahami. Bisa jadi karena mereka membutuhkan waktu lebih lama untuk nyaman dengan orang baru, sehingga kerapkali mereka dicap pemalu, penyendiri, atau bahkan sombong. Meski nyatanya, tentu tidak demikian.

Saya pribadi, seringkali merasa bahwa saya berada dalam golongan ini. Ya, saya merasa lebih bersemangat ketika sendiri, dan justru kurang semangat ketika berada di tengah banyak orang. Bagi saya, sendiri bukan berarti sepi. Karena memang, kesendirian adalah ruang terbaik untuk melakukan aktifitas yang paling saya senangi. Saya bisa melakukan apa saja, merenungi apa pun yang perlu tuk direnungkan, dan yang terpenting, di saat seperti itulah saya bisa lebih memahami tentang diri saya. Sehingga sangat wajar ketika orang lain merasa depresi dengan yang namanya kesendirian, orang introvert seperti saya justru bisa lebih berekspresi dan melakukan aktifitasnya dengan penuh semangat.

Karena lebih bisa menikmati kesendirian inilah, menjadikan mereka sosok yang seringkali dianggap anti social, penyendiri, dan pilih-pilih teman. Padahal nyatanya, keduanya berada dalam konteks yang berbeda. Mereka yang introvert juga sama seperti manusia lain, yang ingin dekat dengan dunia sekitarnya. Hanya saja, cara mereka untuk menunjukkannya memang berbeda. Ada karakter-karakter unik yang jarang orang lain bisa dan mau memahaminya.

Ok lah saya masuk dalam golongan introvert. Tapi, nyatanya kualitas hubungan saya dengan lingkungan di luar diri saya, selalu baik-baik saja. Saya memiliki beberapa lingkaran persahabatan yang masih terjalin erat hingga saat ini. Dan jangan kau anggap lingkaran persahabatan orang introvert hanya berkutat di golongan sejenis. Tentu tidak. Beberapa sahabat saya justru dari golongan ekstrovert. Lalu, ditengah perbedaan karakter keduanya yang begitu mencolok, apa yang bisa membuat kami bertahan? Saling memahami.
Memahami orang ekstrovert memang lebih mudah karena mereka lebih terbuka, beda halnya ketika kita harus memahami mereka yang introvert yang cenderung sedikit bicara, dan terkesan lebih tertutup. Disinilah saya harus berterimakasih pada mereka, sahabat dan orang-orang terdekat yang telah memahami saya.

Dan bagi kamu, yang selama ini merasa jengah dan menganggap orang-orang introvert anti social, cobalah sedikit mengerti dan mau berkompromi. Karena di setiap sisi dunia selalu ada berbagai macam manusia yang akan mewarnai hidupmu.

Baiklah, akan saya tunjukkan padamu, bahwa menjalin hubungan dengan mereka yang introvert adalah salah satu hal yang harus dicoba dan dipertahankan. Dan bagi kamu yang introvert, berbahagilah. Dengan pembawaanmu yang tenang, tak banyak bicara, tak neko-neko, dan segala hal unik yang ada padamu, itu sebenernya menunjukkan bahwa kamu pantas dicintai dengan cara yang sederhana.

Satu hal yang paling menonjol dari seorang introvert adalah mereka yang tidak banyak bicara, tapi, bukan berarti tak ingin bicara sama sekali. Karakter mereka yang terbiasa berpikir secara mendalam menjadikan mereka seringkali menunggu momen yang pas untuk mengutarakan pendapatnya. Dan alhasil, mereka memang lebih nyaman dengan percakapan yang kaya makna. Mereka tak pandai tuk berbasa-basi. Karena mereka memang lebih suka berbicara dengan poin yang jelas.

Terbiasa berpikir secara mendalam, dan minim bicara, seringkali membuat mereka lebih suka memendam sendiri masalahnya. Mereka tidak terbiasa mengutarakan apa yang ada dalam pikirannya setiap waktu. Tapi, juga bukan berarti mereka tak ingin dibantu, diperhatikan, atau dipedulikan. Ada waktu tersendiri untuk itu. Bagi seorang introvert, mereka akan terlebih dahulu berpikir panjang sebelum bicara. Dan, pasti akan ada waktu dimana mereka akan bercerita panjang lebar akan masalahnya. Percayalah, kau hanya perlu bersabar.
Kebiasaan mereka yang suka menghabiskan waktunya untuk berpikir, berbicara dengan diri sendiri, atau bahkan berbicara dengan hati, menjadikan mereka sosok orang yang senang berpikir, menganalisis, introspeksi, dan mempertimbangkan segala hal. Memaksanya untuk segera memutuskan sesuatu, justru akan sangat menyiksa bagi mereka. Akan lebih baik, memberikan waktu baginya untuk berpikir. Dan ketika mereka telah bicara atau telah membuat keputusan, itu adalah hal yang penuh makna.

Mereka juga lebih banyak menghabiskan waktu mereka untuk mendengarkan daripada berbicara. Bahkan, detail-detail kecil ketika orang lain bercerita juga tak luput dari perhatian mereka. Alhasil, Kebiasaan inilah yang menjadikan mereka lebih bisa mengerti keadaan orang lain. Mereka mampu merasakan emosi orang lain melalui tutur kata, melalui pandangan mata, atau melalui gesture tubuh mereka. Menjadi lebih peka atas kondisi orang lain adalah sebuah kelebihan bagi seorang introvert. Karena mereka bisa dengan mudah mengetahui perasaan orang lain dan dapat segera menemukan sikap yang benar untuk memperbaikinya. Begitu juga sebaliknya, orang-orang introvert juga ingin dihargai ketika dia berbicara. Ketika seorang introvert mulai bicara, itulah kalimat yang menurutnya paling berharga dan pas. Jadi hargailah, dan berhentilah memotong kalimatnya agar dia tetap merasa nyaman.

Suatu hal yang unik bukan, sosok yang seringkali lebih bisa menikmati waktu sendiri, justru adalah orang yang juga sangat peka, peduli, dan tidak egois terhadap orang lain. Bisa jadi, kelebihan inilah yang menjadikan seorang introvert justru lebih bisa menjalin hubungan yang berkualitas dan kaya makna. Meski dalam lingkaran pertemanan yang memang relative lebih sempit jika dibandingkan dengan mereka yang ekstrovert. Bagi mereka, kualitas lebih penting daripada kuantitas. Ketika mereka telah terlibat dalam sebuah lingkaran hubungan, persahabatan misalnya, maka mereka akan benar-benar menjaga dengan sangat baik hubungan tersebut. Karena bagi seorang introvert seperti saya, berapa banyak jumlah teman tidak lagi kami pedulikan. Kami lebih peduli tentang bagaimana menjalin persahabatan kecil yang erat dan saling membangun satu sama lain.

Masihkah kalian menganggap seorang introvert sebagai sosok yang anti social? 

Ah, Seandainya kalian bersedia memahami sedikit saja tentang kami. Tentu kalian akan mengerti bahwa kami juga sangat paham atas waktu. Waktu untuk orang lain, sahabat-sahabat terdekat, dan waktu untuk diri sendiri. Dan ijinkanlah, kami tetap nyaman dengan diri sendiri. 


0 komentar:

Posting Komentar