Persahabatan memang sepatutnya
menanggalkan gengsi. Semuanya, selayaknya dijalani dengan jujur tanpa ada yang
ditutup-tutupi. Namun, ketika dia tak sama dengan dirimu yang terbuka, bukan
berarti harus berselang sengketa, bukan?
Karakter orang memang berbeda,
dan karena itu pula perlakuan yang harus diberikan juga berbeda. Katakanlah,
saling memahami karakter masing-masing. Ada beberapa diantara mereka yang
ekstrovert, ada yang introvert, bahkan ada yang ambivert. Diantara ketiganya,
orang-orang introvert-lah yang paling rentan disalahpahami. Bisa jadi karena
mereka membutuhkan waktu lebih lama untuk nyaman dengan orang baru, sehingga
kerapkali mereka dicap pemalu, penyendiri, atau bahkan sombong. Meski nyatanya,
tentu tidak demikian.
Saya pribadi, seringkali merasa
bahwa saya berada dalam golongan ini. Ya, saya merasa lebih bersemangat ketika
sendiri, dan justru kurang semangat ketika berada di tengah banyak orang. Bagi
saya, sendiri bukan berarti sepi. Karena memang, kesendirian adalah ruang
terbaik untuk melakukan aktifitas yang paling saya senangi. Saya bisa melakukan
apa saja, merenungi apa pun yang perlu tuk direnungkan, dan yang terpenting, di
saat seperti itulah saya bisa lebih memahami tentang diri saya. Sehingga sangat
wajar ketika orang lain merasa depresi dengan yang namanya kesendirian, orang
introvert seperti saya justru bisa lebih berekspresi dan melakukan aktifitasnya
dengan penuh semangat.
Karena lebih bisa menikmati
kesendirian inilah, menjadikan mereka sosok yang seringkali dianggap anti
social, penyendiri, dan pilih-pilih teman. Padahal nyatanya, keduanya berada
dalam konteks yang berbeda. Mereka yang introvert juga sama seperti manusia
lain, yang ingin dekat dengan dunia sekitarnya. Hanya saja, cara mereka untuk
menunjukkannya memang berbeda. Ada karakter-karakter unik yang jarang orang
lain bisa dan mau memahaminya.
Ok lah saya masuk dalam golongan
introvert. Tapi, nyatanya kualitas hubungan saya dengan lingkungan di luar diri
saya, selalu baik-baik saja. Saya memiliki beberapa lingkaran persahabatan yang
masih terjalin erat hingga saat ini. Dan jangan kau anggap lingkaran
persahabatan orang introvert hanya berkutat di golongan sejenis. Tentu tidak.
Beberapa sahabat saya justru dari golongan ekstrovert. Lalu, ditengah perbedaan
karakter keduanya yang begitu mencolok, apa yang bisa membuat kami bertahan?
Saling memahami.
Memahami orang ekstrovert memang
lebih mudah karena mereka lebih terbuka, beda halnya ketika kita harus memahami
mereka yang introvert yang cenderung sedikit bicara, dan terkesan lebih
tertutup. Disinilah saya harus berterimakasih pada mereka, sahabat dan
orang-orang terdekat yang telah memahami saya.
Dan bagi kamu, yang selama ini
merasa jengah dan menganggap orang-orang introvert anti social, cobalah sedikit
mengerti dan mau berkompromi. Karena di setiap sisi dunia selalu ada berbagai
macam manusia yang akan mewarnai hidupmu.
Baiklah, akan saya tunjukkan
padamu, bahwa menjalin hubungan dengan mereka yang introvert adalah salah satu
hal yang harus dicoba dan dipertahankan. Dan bagi kamu yang introvert,
berbahagilah. Dengan pembawaanmu yang tenang, tak banyak bicara, tak neko-neko,
dan segala hal unik yang ada padamu, itu sebenernya menunjukkan bahwa kamu
pantas dicintai dengan cara yang sederhana.
Satu hal yang paling menonjol
dari seorang introvert adalah mereka yang tidak banyak bicara, tapi, bukan berarti
tak ingin bicara sama sekali. Karakter mereka yang terbiasa berpikir secara
mendalam menjadikan mereka seringkali menunggu momen yang pas untuk
mengutarakan pendapatnya. Dan alhasil, mereka memang lebih nyaman dengan
percakapan yang kaya makna. Mereka tak pandai tuk berbasa-basi. Karena mereka
memang lebih suka berbicara dengan poin yang jelas.
Terbiasa berpikir secara
mendalam, dan minim bicara, seringkali membuat mereka lebih suka memendam
sendiri masalahnya. Mereka tidak terbiasa mengutarakan apa yang ada dalam
pikirannya setiap waktu. Tapi, juga bukan berarti mereka tak ingin dibantu,
diperhatikan, atau dipedulikan. Ada waktu tersendiri untuk itu. Bagi seorang introvert,
mereka akan terlebih dahulu berpikir panjang sebelum bicara. Dan, pasti akan
ada waktu dimana mereka akan bercerita panjang lebar akan masalahnya.
Percayalah, kau hanya perlu bersabar.
Kebiasaan mereka yang suka
menghabiskan waktunya untuk berpikir, berbicara dengan diri sendiri, atau
bahkan berbicara dengan hati, menjadikan mereka sosok orang yang senang
berpikir, menganalisis, introspeksi, dan mempertimbangkan segala hal.
Memaksanya untuk segera memutuskan sesuatu, justru akan sangat menyiksa bagi
mereka. Akan lebih baik, memberikan waktu baginya untuk berpikir. Dan ketika
mereka telah bicara atau telah membuat keputusan, itu adalah hal yang penuh
makna.
Mereka juga lebih banyak
menghabiskan waktu mereka untuk mendengarkan daripada berbicara. Bahkan,
detail-detail kecil ketika orang lain bercerita juga tak luput dari perhatian
mereka. Alhasil, Kebiasaan inilah yang menjadikan mereka lebih bisa mengerti
keadaan orang lain. Mereka mampu merasakan emosi orang lain melalui tutur kata,
melalui pandangan mata, atau melalui gesture tubuh mereka. Menjadi lebih peka
atas kondisi orang lain adalah sebuah kelebihan bagi seorang introvert. Karena
mereka bisa dengan mudah mengetahui perasaan orang lain dan dapat segera
menemukan sikap yang benar untuk memperbaikinya. Begitu juga sebaliknya,
orang-orang introvert juga ingin dihargai ketika dia berbicara. Ketika seorang
introvert mulai bicara, itulah kalimat yang menurutnya paling berharga dan pas.
Jadi hargailah, dan berhentilah memotong kalimatnya agar dia tetap merasa
nyaman.
Suatu hal yang unik bukan, sosok
yang seringkali lebih bisa menikmati waktu sendiri, justru adalah orang yang
juga sangat peka, peduli, dan tidak egois terhadap orang lain. Bisa jadi,
kelebihan inilah yang menjadikan seorang introvert justru lebih bisa menjalin
hubungan yang berkualitas dan kaya makna. Meski dalam lingkaran pertemanan yang
memang relative lebih sempit jika dibandingkan dengan mereka yang ekstrovert.
Bagi mereka, kualitas lebih penting daripada kuantitas. Ketika mereka telah
terlibat dalam sebuah lingkaran hubungan, persahabatan misalnya, maka mereka
akan benar-benar menjaga dengan sangat baik hubungan tersebut. Karena bagi
seorang introvert seperti saya, berapa banyak jumlah teman tidak lagi kami
pedulikan. Kami lebih peduli tentang bagaimana menjalin persahabatan kecil yang
erat dan saling membangun satu sama lain.
Masihkah kalian menganggap seorang introvert sebagai sosok
yang anti social?
Ah, Seandainya kalian bersedia memahami sedikit
saja tentang kami. Tentu kalian akan mengerti bahwa kami juga sangat paham atas
waktu. Waktu untuk orang lain, sahabat-sahabat terdekat, dan waktu untuk diri
sendiri. Dan ijinkanlah, kami tetap nyaman dengan diri sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar