Dalam raga ada hati, dalam hati ada satu ruang tak bernama. Dan di tangnmu tergengam kunci pintunya.
Ruang itu mungil, isinya lebih halus dari serat sutera. Berkata-kata dengan bahasa yang hanya di[ahami oleh nurani.
Begitu lemahnya ia berbisik, sampai kadang-kadang engkau tak terusik. Hanya kehadirannya yang terus terasa, dan bila ada apa-apa dengannya duniamu runtuh bagai pelangi meluruh usai gerimis.
Tahukah engkau bahwa cinta yang tersesat adalah pembuta dunia? Sinarnya menyilaukan hingga kau terperangkap dan hatimu menjadi sasaran sekalinya engkau tersekap. Banyak garis batas memuai begitu engkau terbuai, dan dalam puja kau sedia serahkan segalanya. Kunci kecil itu kau anggap pemberian paling berharga.
Satu garis jangan sampai kau tepis: membuka diri tidak sama dengn menyerahkannya.
Di ruang kecil itu, ada teras untuk tamu. Dan hanya engkau yang berhak ada di dalam inti hatimu sendiri.
copas dari "Filosofi Kopi" Dewi Dee Lestari
copas dari "Filosofi Kopi" Dewi Dee Lestari
0 komentar:
Posting Komentar