Senin, 27 Desember 2010

Cintaku bersama Senja

Hingga hari ini, di detik waktu yang makin renta. Dia masih setia menemui sang senja. Dengan langkah kaki gontai semampunya, dia berjuang tuk merengkuh senja. Senja yang sangat dia cintai, senja yang sangat berarti.
Senja... selalu saja mengantar sang surya tuk menutup hari dan merayu akan malam kelam. Di ufuk barat, rona mentari mulai memerah menanti detik-detik pergantian waktu dinas dengan bulan penjaga malam. Sileut senyum senja mulai terkembang, memberi keteduhan, ketenangan dan kebahagiaan. Menatapnya, hilanglah rasa penat yang menghiasi hari dan terganti oleh kesejukan angin pekat malam. Dunia seakan terbuai oleh semburat senyumnya. Senja yang indah, mempesona, dan senja yang selalu dinanti.
Tapi baginya, indahnya senja tak seindah senja miliknya. Dalam hidupnya, dia hanya mencintai satu senja. Senja yang telah demikian menyatu dengan hatinya. Walau senyum senjanya telah tenggelam sejak 37 tahun yang lalu. Namun, senyum itu, kan terus ada dan menerangi hatinya. Begitupun dirinya, hati dan raganya kan terus menemani sang senja dengan cintanya.
Bibirnya merekah melihat senja telah menunggunya di tempat biasa. Tercipta sebuah senyum indah menyiratkan kebahagiaan. Disusul keinginan tuk segera menghamburkan doa dan kata-kata cinta, seraya menikmati indahnya senja bersama senja terindahnya.
Setelah sekian menit dia tenggelam dalam doa, untaian kata-kata cinta perlahan mulai menghiasi hening peraduan senja.
senja.... apa kabarmu hari ini? Baik-baik sajakah kau sayang?”
Hening, tak ada jawaban. Dia pun melanjutkan rangkaian kata-kata yang terucap tulus dari bibirnya yang indah. Bunga kamboja berjatuhan satu demi satu, mewarnai peraduan sang senja yang selalu terlihat bersih dan baru. Tangan dialah, yang tak pernah mengenal bosan dalam hari tuk membersihkannya.
Sayang... tentu kau tahu, aku tak pernah bisa melupakan bayangmu, aku tak bisa berhenti merindukanmu. Karena hati, cinta dan rinduku hanya tercipta untukmu. Walau saat ini kau telah jauh meninggalkanku. Tapi, kau kan selalu terasa ada di dekatku. Karena kau telah berada dihatiku, untuk selamanya...
Senja... setelah kepergianmu, tak ada lagi yang tersisa untukku selain kenangan-kenangan indah bersamamu. Dan disaat ini, ingin rasanya ku memandang keindahan matamu. Mata yang dulu dengannya aku bisa melihat cinta. Ingin kupegang erat jemari tanganmu, yang bersamanya aku bisa melukis indah pelangi kehidupan. Namun, yang ada hanyalah senja yang lain. Sosok terang dalam remang kegelapan yang tengah menghidupkan sinar untuk menyinari kehidupan setiap insan. Tapi, sinarnya hanya mampu menerangi fisik semata. Dia tak mampu menyinari dan menghangatkan perasaanku. Karena, telah ada sinarmu dalam hatiku. Sinar yang menerangi langkahku dalam hidup, dan sinar itu, takkan pernah padam ataupun terganti.
Sayang, aku memang tak pernah menyesali kepergianmu, karena itu adalah kehendak tuhan. Dan aku tak mempunyai kuasa tuk melarangmu meninggalkanku. Tapi, percayalah... cinta ini akan selalu ada hingga akhir hayatku, bahkan setelah kematianku. seperti cintaku padamu, doaku juga kan terus mengalir untukmu. aku akan terus menjagamu dalam doa-doaku”
Tanpa disadari, bulir-bulir bening itupun pecah mengalir diantara rangkaian doa dan kata-kata yang teralun lembut dari bibirnya.
cinta telah membuatnya gila”
Itulah kata yang sering dilontarkan untuknya, kala melihat tingkahnya yang setia mendatangi dan berbincang-bincang dengan sebuah batu nisan selama 37 tahun terakhir. Tapi bagiku, dia adalah laki-laki yang hebat, setia, sabar dan penyayang. Sosok yang hebat bagi anak-anaknya, ataupun bagi orang yang sangat mengenalnya.
Aku memang tak tahu bagaimana dia berjuang mengasuh, mendidik dan membesarkan tiga orang buah hatinya. Bagaimana dia membagi waktu antara mencari nafkah, membagi kasih sayang pada anaknya, dan memberi cinta pada senjanya yang telah terbang ke surga di 14tahun usia perkawinannya, Tanpa ada keluh. Tapi, bukan berarti aku tak tahu tentangnya.
Karena, Hingga disaat ini, disaat waktu semakin memberinya umur. Disaat Putra-putri kebanggaannya telah berhasil tumbuh menggapai bintang, untuknya dan untuk senjanya. Dia masih senantiasa memberi cinta pada senja, dan untukku.
kita hidup karena tuhan mencintai kita, dan kita hidup untuk mencintai tuhan. Maka, tak ada alasan bagi kita untuk mengingkari takdir dan nikmat-NYA. Dan bila nanti kau telah dihadiahi seorang pendamping hidup, jagalah cintanya. Yakinlah, dia adalah yang terbaik untukmu. yakinlah dia adalah cinta sejatimu, cinta dunia akhiratmu. Seperti aku yang menjaga cinta senja, nenekmu..”
Dan pecahlah air mataku, indah berkilau, berkelip bagai mutiara sesegar embun pagi. Rasa haru mulai menyeruak menyesaki dada.
Nenek...aku yakin kau bahagia disana. Karena kami disini, akan selalu menjaga cintamu dalam doa.”
Darinya ku belajar tentang arti mencintai dan kesetiaan. Tentang makna hidup dan pemberian tuhan. Dan tentang perjuangan. Tak pernah ada keluh terucap dari bibirmu, dengan penuh ikhlas kau menjalani semuanya. Kau tetap melangkah meski lelah, tetap tersenyum meski sulit, dan tetap sabar di tengah takdir. Dan.... kau berhasil kek, kau berhasil mengantarkan anak-anakmu menuju pintu kesuksesan, kau berhasil menjaga cinta kasihmu untuk senja dan anak-anakmu. Kau adalah kakek terhebatku. Tetaplah bertahan kek, semoga tuhan memberi hadiah terindah atas kesabaranmu. Yakni, surga untuk cintamu dan senja. Karena di surga, menara-menara cahaya menjulang untuk hati yang saling mencinta karena-NYA.

0 komentar:

Posting Komentar