Keluarga memang memiliki peran
yang sangat penting dalam alur kehidupan manusia. Bahkan kita tahu, sejak
lahir, kita senantiasa memiliki ketergantungan dengan keluarga. Meski pada
awalnya, manusia, kita, memang tidak pernah memiliki kuasa untuk menentukan
kita akan lahir dan hidup dalam keluarga yang seperti apa. Saya pribadi sangat
bersyukur bisa lahir, tumbuh, dan berkembang dalam sebuah keluarga yang hangat.
Sebuah keluarga, dimana cinta kasih orang tua ibarat air terjun yang selalu
tercurah ke bawah.
Sebenarnya, jika dilihat dari
luar, tak ada yang benar-benar special dari keluarga ini. Hanya sebuah keluarga
biasa, seperti halnya keluarga kebanyakan di Indonesia. Ayah hanya berprofesi
sebagai tenaga pendidik, sedangkan ibu memilih focus untuk mengurus rumah dan
keluarga, menjadi ibu rumah tangga. Sungguh, sangat biasa bukan?
Tapi, bagi saya, yang
menjadikannya tidak biasa adalah kesadaran dua insan yang dipersatukan oleh Allah
dalam ikatan cinta suci itu, untuk menjadikan keluarga tersebut ibarat pohon.
Ya, pohon yang kuat, tinggi menjulang, dan berakar kukuh.
Keluarga, pohon, apa hubungannya?
Baiklah. Kalian tahu? Bagi
seseorang yang memahami pohon atau tanaman dengan baik, tentu ia tidak akan
menyiram tanaman itu dengan sembarangan, bukan? Oleh karena itu, dibutuhkan
pupuk, nutrisi, bahkan zat-zat lain agar tanaman atau pohon itu tumbuh dengan
subur. Untuk itu, sama halnya dengan sebuah keluarga, nutrisi atau pupuk
terbaik yang harus diberikan kepada keluarga adalah iman, cinta kasih, semangat
belajar, kerja keras, keceriaan, serta sikap optimis.
Dan kini, ketika saya telah
berada di persimpangan jalan, untuk pada akhirnya memilih membangun sebuah
keluarga. Tentu, saya berharap juga bisa membangun keluarga seperti dimana saya
tumbuh besar. Saya berharap bisa menjadi seperti ibu saya, dengan segala
ketulusan, kesabaran, kesederhanaan, dan ketegasannya dalam mendidik. Saya juga
berharap bisa bersanding, membangun keluarga dengan laki-laki, yang tidak jauh
beda seperti ayah saya.
Terlalu naïf jika saya mengatakan
ayah dan ibu saya adalah sosok yang ideal atau sempurna, karena nyatanya saya
pun tahu mereka juga penuh dengan kekurangan. Ah, bukannya manusia memang
tempatnya salah dan dosa, pun kesempurnaan hanya ada pada-Nya? Yang terpenting,
tugas kita sebagai manusia adalah senantiasa bersedia untuk belajar dan
memperbaiki diri. Bukan begitu?
Ya, dibalik harapan tuk membangun
rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warahmah, saya pun paham betul bahwa tidak
selamanya perjalanan tersebut akan indah. Kau benar, dalam hidup kita
senantiasa harus berjalan dan berjumpa dengan berbagai dimensi dan sisi,
seperti halnya baik dan buruk, atau kelebihan dan kekurangan. Jika kita hanya
melihat satu komponen dari dua entitas tadi, dengan sendirinya kita akan kecewa
dan justru mengingkari realitas.
Karenanya, saya pun sadar,
manusia yang penuh kekurangan seperti kita tidak pantas rasanya untuk mendamba
sesuatu yang sempurna dari pasangan hidupnya. Justru kehadiran kita yang
sama-sama memiliki kekurangan inilah, yang akan berpadu menjadi kesempurnaan
yang memesona, yang satu melengkapi yang lain.
Saya rasa, perbedaan karakter
kita dengan orang lain, termasuk dengan pasangan kita, hanyalah sebagai bukti
akan keragaman ciptaan-Nya. Untuk itu, yang dibutuhkan dari kita adalah sikap
dan cara pandang. Kita semua tahu, bahwa pernikahan adalah penyatuan dua insan
yang berbeda. Karenanya, kita harus melihat dan menerima mereka secara utuh.
Yaitu sisi lebih dan sisi kurang. Kedua sisi yang harus diakui sebagai satu hal
yang sama. Itu pasangan kita.
Pada pohon yang tumbuh, selalu
saja ada daun yang rontok, selalu saja ada batang yang kian kerontang. Namun,
kita justru terpanggil untuk tulus menyirami dan membelai lembut pohon itu.
Itulah rahmat. Ketekunan untuk merawat rahmat dalam keluarga adalah sakinah.
Ah, terlalu banyak analogi dengan pohon, padahal saya tidak terlalu mengerti seluk beluk merawat pohon atau tanaman. Yang paham betul akan hal itu adalah ayah saya, karena nyatanya, Ayahlah yang merawat tanaman di pekarangan rumah. Tanyalah beliau, maka akan dijelaskannya panjang lebar.