Jumat, 02 September 2011

Rinduku Untukmu...


Disaat ini, saat kulihat jiwaku sangat rindu… biarkanlah aku bicara kerinduan hanya pada sebatang pena dan selembar kertas. Setidaknya mereka mampu menjadi cawan rindu tatkala rasa ini amat mendera..
Adakah hal lain yang bisa kulakukan selain itu…? Haruskah aku bersenandung laksana burung yang merindu? Namun, bilakah lantaran kau kan mampu mendengar alunan cicit cericit kerinduan ini, mungkin aku kan rela menjelma laksana burung kecil yang berdendang bersama nyanyian angin. Hingga… yang dirindupun terbang menerjang awan demi sang penyemai rindu.

Tapi… ah, rasanya… kala jarak tak lagi dekat, alunan bahkan raungan desah rasa sulit tuk tertangkap. Jadi, biarlah… biarkanlah kukirim bait-bait rindu dalam sepucuk coretan sederhana, untukmu…
Walau aku,,, aku memang bukan pujangga yang pandai menyulam larik-larik rindu romantic nan dramatis.
Tapi aku,,, aku hanyalah insane yang sedang merindu. Mencoba menggores berbagai cerita, menuai selaksa makna dalam nyata coretan pena. Bukankah  jika manusia tengah dimabuk rindu, ia akan setia menggulirkan potongan-potongan perasaannya, ya… aku pun begitu..

Kau tahu? Ada satu alasan mengapa kalian akan selalu kurekam dalam memoar hidupku. Karena…. Sungguh, kalian amat berharga, kawan! Sejarah telah mencatat bagaimana kita bersama melukis mimpi sileut cakrawala dalam sebaris tawa canda bahagia, tuk menghapus bulir-bulir hati nan duka. Masih ingatkah kalian?, bagaimana kita memulai pijakan awal menuju masa depan dibawah naungan persahabatan ini, bersama dalam suka dan duka, dan kita masih bisa saling berpacu dalam prestasi. Dengan semangat kita senantiasa belajar beriringan dalam sore yang merindu senja, dan diantara gelap yang sedikit menggoda.   tapi, ah… ternyata kini itu hanyalah apa yang disebut kenangan. Terasa sangat berat untuk diingat jika enggan tuk mengatakan terharu.. karena, memang… Waktu telah membawanya pergi dan takkan pernah kembali.

Jujur, akupun pernah berharap agar waktu itu tak berlalu. Tapi, apalah dayaku? Waktu tetap saja berlalu, dan tak ada guna ku menyalahkan waktu. Dalam hati, aku yakin takkan pernah habis waktu untuk sebuah jalinan persahabatan, walau waktu menjadikannnya dalam sebuah keterpisahan. Bukankah tidak semua keterpisahan menunjukkan keterpisahan hati??

Adakalanya sebuah keterpisahan menjadikan kita lebih dewasa dan lebih mengerti makna persahabatan itu sendiri. bukankah begitu kawand?

 adalah aku saat ini, yg merindu akan hadirmu, aku rindu kau disisiku… aku rindu, saat ku  terjatuh,kau kan membantu ku tuk bangun. Saat hati ku terluka, kau kan hadir obati luka dan menghapus air mata. saat ku hilang arah, kau kan datang membawakan lilin, menuntunku sembari menerangi langkah hingga aku tak lagi takut berjalan sendirian. saat ku dalam sedih yg terasa sangat sulit dilepas, kau kan tunjukkan ku bahagia, dan ajarkan ku tersenyum. Dan… kau ajarkanku tuk berani menatap langit, tuk berani membentangkan mimpi seluas samudra, walau seringkali hati ini surut oleh misteri masa depan,. Terima kasih sahabatku….terima kasih telah membawaku dalam warna-warni kehidupan yang berarti..:)

0 komentar:

Posting Komentar