"Berprasangka baik bisa memunculkan yang tak terlihat, merasakan yang tak berwujud, dan mendapatkan yang tak mungkin. Berita baiknya, prasangka baik bisa dilatih!"
Percaya nggak kalo kata-kata itu punya kekuatan?
Ya, ternyata ini nggak hanya bualan para motivator atau pakar komunikasi, lo. Ada sebuah penelitian yang menjelaskan kekuatan kata-kata ini melalui medium air. Sang peneliti, Dr. Masaru Emoto menguji relasi antara pikiran dan materi ini dengan menggunakan kristal-kristal air. Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa kristal air bisa berubah ketika pikiran yang spesifik dan terpusat diarahkan ke air tersebut. Hasilnya pun cukup mencengangkan. Ketika dipaparkan kata-kata positif atau indah, seperti cantik, terima kasih, atau yang lainnya, kristal air akan membentuk pola yang kompleks, berwarna-warni, dan membentuk heksagonal yang sempurna. Sebaliknya, ketika dipaparkan kata bernada negatif seperti jelek, takut, atau yang lain, maka akan terbentuk kristal yang tak beraturan dan buram.
Lalu, apa hubungannya dengan kita? Itu kan air... Yah, benar itu hanya air. Tapi, jangan lupa bahwa 70% dari tubuh manusia adalah air. Masya Allah...
Jadi, nggak heran banyak pakar komunikasi yang menyebutkan bahwa kata-kata yang diucapkan atau bahkan hanya dipikirkan secara berulang-ulang --untuk diri sendiri maupun orang lain-- akan membentuk mindset. Itu artinya, kata-kata memiliki daya. Kata-kata bisa membentuk masa depan dan mentransformasi diri kita ke dalam hal-hal yang menakjubkan. Disadari atau tidak, kata-kata yang diucapkan untuk diri sendiri bisa menentukan hasil serta tujuan yang hendak dicapai. Jika kita kerap menggunakan kata-kata positif, tentu kita juga akan dipenuhi energi positif. Begitupun sebaliknya.
Nah, karena kata-kata bisa menjadi motivasi sekaligus mendemotivasi, tentu kita nggak boleh dong asal ngomong. Sama halnya seperti kata 'terima kasih', 'tolong', atau kata-kata lain yang dianjurkan untuk diucapkan, terdapat pula kata-kata yang sebaiknya kita hindari. Apa saja? Yuk, cekidot!
1. Tapi
Sebagian besar dari kita pasti pernah atau bahkan sering menggunakan kata 'tapi'. Misalnya, "... Tapi kan, aku masih capek. "... Tapi kan, aku dari keluarga biasa-biasa aja...", "... Tapi kan, kita masih muda....", "Tapi kan, aku belum punya ilmunya", etc. Ya, ternyata dalam beberapa kasus --dalam hal ini kalimat--, kata "tapi/tetapi" tidak hanya berfungsi sebagai kata penghubung intrakalimat untuk menyatakan hal yang bertentangan, tetapi juga bisa bermakna negatif. Coba deh dipahami lebih saksama, contoh-contoh tadi cenderung membuat kita down atau menurunkan semangat nggak sih? Iya.
Solusinya, coba ganti atau pasangkan kata tersebut dengan 'walaupun atau meskipun'. Jadi, "Walaupun aku dari keluarga biasa-biasa aja, tapi aku harus menjadi pribadi yang luar biasa", "meskipun kita masih muda, kita tetap bisa kok berkontribusi", dll. Maknanya jadi berbeda, bukan?
2. Seandainya/Andai
"Seandainya aja aku tidak terlambat"
"Coba seandainya aku hijrah dari dulu yaa..."
"Andai yaa aku jadi anak orang kaya"
"Coba seandainya aku hijrah dari dulu yaa..."
"Andai yaa aku jadi anak orang kaya"
Sebenarnya, jika dilihat dari satu sisi, kalimat pengandaian yang pertama dan kedua itu bisa bermakna positif. Menyiratkan rasa penyesalan, yang jika kita bisa memanaje-nya itu bisa menjadi cambuk untuk memperbaiki diri. Tapi, sebaliknya, alih-alih bisa menjadi kalimat positif, kata 'seandainya' juga rentan bermakna penyesalan yang cenderung merutuki diri atau nasib. Nauzubillah, sikap seperti ini bisa membuat terputusnya kita dari Rahmat Allah. Belum lagi, berangan-angan atau berandai-andai itu juga merupakan pintu masuknya setan, Lo. Ngeri kan...
Jadi, harus bagaimana? Ganti kata pengandaian tersebut dengan "Qodarullah", sudah menjadi takdir Allah. Percayalah, tak ada apa-apa yang ditakdirkan Allah selain untuk kebaikan. Bisa jadi, kita tidak ditakdirkan untuk menjadi anak orang kaya agar kita tahu manisnya perjuangan. Bisa jadi Allah membuat kita datang terlambat, karena ingin menyelamatkan kita dari suatu hal. Wallahu'alam.
3. Kebetulan
Pernah nggak kita mengalami suatu momen atau peristiwa yang memang kita inginkan dan semesta juga mendukung.
"Yaa Allah.. Kebetulan banget yaa kita ketemu di sini"
Pernah? Saya sih iya.
Tahukah kita bahwa segala kejadian yang kita sebut kebetulan sebenarnya bukanlah sebuah kebetulan. Melainkan sebuah kebenaran yang 100% telah dirancang oleh Allah SWT. Banyak sekali kebetulan yang hadir dalam kehidupan kita dan sebenarnya itu merupakan God's Sign. Semisal, pertemuan kita dengan seseorang --entah itu teman lama atau orang baru--, bisa jadi itu juga God's Sign yang menyimpan suatu tujuan dari Allah. Apa tujuannya? Entahlah... Bisa jadi agar kita kembali bersilaturahmi, bisa menjadi jalan pembuka rezeki, atau bahkan bisa menjadi jodoh, hahaha.. yang jelas, God's Sign itu pasti merupakan hal yang baik.
So, mulai saat ini kita harus peka ya terhadap kebetulan yang hadir dalam hidup kita. Barangkali itu merupakan petunjuk dari-Nya yang sengaja dihadirkan untuk mengarahkan kita kepada tujuan baik yang tidak kita persiapkan sebelumnya. Dan apabila kebaikan itu telah terjadi, segeralah berterima kasih kepada Allah atas segala petunjuk yang telah diberikan. Semoga kita menjadi orang yang peka, yang mampu memaknai segala petunjuk-Nya. Aamiin...
Tulisan ini disarikan dari materi video "Emosional Power" di Muslimah Institute. Karena videonya hanya durasi pendek, dan saya harus menjabarkannya melalui tulisan panjang lebar, 4 kata lainnya di postingan selanjutnya yaa... :) Harus diramu dulu biar jadi tulisan yang renyah.