“Kita tak perlu saling
menunggu, Kita hanya harus belajar saling melepaskan dan menerima dengan ikhlas
segala ketetapan-Nya.”
Mungkin, kita sering
berandai-andai tentang hubungan yang membahagiakan. Berharap punya pasangan
yang sifat dan karakternya benar-benar kita idam-idamkan atau menjalani
hubungan yang langgeng hingga ke pelaminan bahkan hingga akhir hayat. Segala
keinginan dan harapan itu membuat kita lupa bahwa bagaimana pun tak ada cinta
ataupun jalan cinta yang sempurna.
Kau benar, sampai detik
ini aku masih hafal bagaimana cara mengalur rindu, menyimpan rasa yang begitu
jujur ini diam di tempatnya. Ya, aku masih menjadi seseorang yang bagaimanapun
masih berharap doanya makbul. Bukankah hakikat tertinggi dari cinta adalah doa?
Hanya saja, tak ada
yang sanggup mendengar lirihnya doaku yang berharap kau memang terlahir
untukku, pun aku tercipta untuk melengkapi rusukmu. Kecuali Dia. Sang pemberi
restu.
Ah, andai kau tahu
betapa besar rasa dan harapku padamu, bahkan aku sendiri tidak bisa mengerti,
ketika cinta tidak datang melalui mata, apa mungkin Allah yang menjatuhkannya?
Lalu, apa yang bisa aku lakukan, selain meyakinkan hati, tuk sabar menanti.
Seperti yang kau bilang, biarkan rasa ini indah dan mekar pada waktu-Nya. Ya,
hanya restu Allah yang akan menjadikan kita bersatu.
Barangkali benar, ini
hanyalah sebuah cinta yang tak perlu jemari untuk menggenggamnya. Ini cinta yang
tak meminta lengan memeluknya. Cinta yang tak menggunakan mata untuk menatap
setiap gerak geriknya. Cinta yang tak membuka mulut untuk menyuarakannya.
Karena ini cinta yang merindu lewat doa. Ini cinta yang menunggu Allah
menyatukannya.
Dan kini, ketika Allah
telah menetapkan rencana-Nya, tak peduli seberapa besar rasa ini tumbuh di
hati, pada akhirnya kita juga tak bisa apa-apa. Berbagai pertanyaan berkecamuk
di kepala, mengapa harus begini? Bukankah harapan dan rencana kita adalah
rencana baik?
Ah, hati. Sepertinya
kau memang benar-benar harus menguatkan diri. Yang terbaik menurut manusia
belum tentu yang terbaik menurut Allah. Dia, lebih tahu atas segala sesuatu.
Ya, Bagaimana pun aku
harus memahami dan menerima dengan hati bahwa apa yang kita inginkan tak bisa
selalu menjadi kenyataan. Ada kekuatan yang Maha, yang menentukan ujung semua
jalan. Ada pelajaran-pelajaran yang ingin Ia sampaikan dengan cara-Nya sendiri.
Meski saat ini kita tak tahu itu apa, percayalah ini adalah yang terbaik
dari-Nya. Mari, kita bersama-sama belajar saling melepaskan, hingga akhirnya
kita bisa sama-sama ikhlas untuk mencintai kehilangan.
Dan untukmu, maaf jika
selama ini aku terlalu mengindahkan mimpi-mimpi di sampingmu. Maaf jika aku telah
mengganggu sebagian besar waktu dan hari-harimu. Dan terima kasih atas segala
kedewasaan, dan kebijaksanaan yang telah kau ajarkan. Kini, Kutitipkan salam dan
keinginanku pada Allah, agar hidupmu baik-baik dan tak kekurangan. Semoga
hari-harimu bahagia dan kau diberi kesehatan. Harapanku, agar doa-doa yang
biasa kau rapal segera dapat jawaban. Semoga Dia berkenan mewujudkan
mimpi-mimpimu jadi kenyataan.
Percayalah, meski semuanya tak lagi sama, doaku tak putus-putus untukmu,
kukirim dari sini.
Selamat Ulang tahun
untukmu. Barakallah. Apapun yang kau nikmati hari ini, di hari istimewamu, tentu
akan terasa lebih sempurna bila kau mengingat segala rahmat Allah yang telah
dicurahkan-Nya untukmu. Betapa Allah masih menyertai dan memberi
kau kesempatan, untuk mengulas, memperbaiki segala yang kurang menjadi
lebih, dan lebih. Tentu lebih baik dari hari kemarin. Semoga Allah segera
menjawab semua doa-doamu. Dan semoga tahun depan, sudah ada sosok wanita
sholehah yang senantiasa mendampingi, mengerti dan memahami, serta selalu
mendukung dan berjuang bersamamu. Amin amin yaa rabbal alamin…
Surabaya, 28 Agustus
2015