Bisakah
hidup melulu sore? Karena sore memang selalu sempurna menyimpan setiap ringan
dan senang. Di sore hari angin begitu lembut, memagut rambut tanpa pernah
ribut, begitu tenang hingga membuat orang yang menikmatinya nyaman. Sungguh,
suasana yang hangat dinikmati bersama keluarga.
Di
saat seperti ini, kau begitu gembira mendengar cerita pasanganmu, cerita
anak-anakmu, tentang harinya di hari itu. Dan jika kau tengah sendiri, kau tak
pernah lupa untuk membaca buku. Buku-buku yang menghadirkan dunia yang baru
untukmu, sore yang baru untukmu.
Ya,
kau, wanita yang aku sebut “Ibu”.
Seperti
sore-sore sebelumnya, sore ini pun sama. Kita kembali menikmati sore di beranda
rumah, seraya menikmati lalu lalang kendaraan yang bagaimanapun juga bergegas
tuk segera tiba di rumah, pulang. bukankah rumah selalu menjadi tempat
berpulang yang damai? Dan sore yang mendekati malam seperti ini, selalu
mengajarkan kita arti perjuangan. Perjuangan hari yang pada akhirnya akan
selalu dibalas dengan ketenangan dan keteduhan.
Bukankah
matahari sore hari tak pernah pernah terlalu terik, menyengat, dan membuat
susah?
Jika
ibu selalu bersyukur bisa menikmati indahnya matahari di sore hari, aku pun
selalu bersyukur bisa memiliki matahari seperti Ibu. Yang selalu memberi
cahaya, kehangatan, juga ketenangan dan keteduhan.
ibu,
maafkan anakmu ini, jujur aku baru menyadari betapa besar kasih sayang,
perjuangan dan pengorbanan ibu justru setelah berada jauh dari ibu. Tepatnya
saat aku menginjak SMA dimana aku harus tinggal di asrama sekolah. Sebelum itu
aku justru sering kesal dengan celoteh ibu yang sering melarang ini-itu,
terlalu protektif, dll. Entah karena memang waktu itu usiaku yang masih remaja,
atau memang jarak dan kerinduan yang telah mengajarkan semuanya.
Yang
jelas sejak saat itu kita menjadi semakin dekat, tak ada ragu bagiku tuk
terbuka dalam segala hal denganmu. Pun dengan kau. Berada dekat denganmu,
mengajarkanku banyak pelajaran hidup, yang barangkali takkan pernah aku temui
di bangku sekolah/kuliah. Ya, Ibulah yang menjadikan aku pribadi yang lebih
kuat, dan lebih mensyukuri segala yang ada. Darimu aku belajar bagaimana
menjadi seorang wanita, istri dan ibu yang harus kuat, cerdas, dan ikhlas.
Darimu
aku belajar arti kebahagian, bahwa kebahagiaan tak pernah terletak pada harta
atau tahta, tapi pada hati yang selalu bersyukur. Sederhana dan senantiasa
bersyukur, itulah yang selalu kulihat darimu, Bu. Selalu menjadikan segala
sesuatu yang ada dan terjadi, entah itu suka atau duka, menjadi sebuah
kesyukuran yang pada akhirnya akan selalu bermuara pada kebahagiaan hati.
“Selalu
ada tangan Allah di balik hidupmu. Jika kau sedang berada di bawah, jangan
pernah kau putus asa dan berburuk sangka. Dan jika kau sedang berada di atas,
sungguh sangat tak patut rasanya untuk berpuas dan berbangga diri. Apapun itu,
syukurilah. ”
Yah,
Karena memang itulah hidup. Tugas kita? Hanya menjalaninya, melewatinya dengan
bijak dan belajar dengan cara yang sesempurna kita bisa. Seperti yang ibu
selalu katakan, Jadikan sederhana dan syukur sebagai bagian dari hidup, selalu.
Terlalu
banyak yang ingin aku ceritakan tentangmu bu, tapi barangkali bukan disini
tempatnya. Disini, hari ini, aku hanya ingin mengatakan bahwa “Ibu is
Everything, Always number one for me”.
Selamat
ulang tahun yang ke-48 ibuku sayang. Terimakasih telah menjadi Ibu terbaik. Semoga
allah selalu menyelimutimu dengan nikmat sehat dan umur yang barokah. Semoga
aku senantiasa bisa mempersembahkan yang terbaik untukmu. Dan semoga aku juga
bisa menjadi wanita terbaik sepertimu. Wanita yang pendampingannya bisa memberi
arti, bagi lingkungan sekitar, bagi kesuksesan suami, dan kecermelangan masa
depan anak-anak. Doa dan cintaku selalu untukmu, Bu. Barakallah.
Peluk
cium dari putrimu.
Pamekasan, 24 Juli 2015