Mei kembali menyapa.. Jika mei tahun lalu menjadi akhir dari
perjuanganku bersama kalian, maka kali ini aku ingin mengajak kalian
menikmati nostalgia kebersamaan kita walau hanya dalam nyata coretan
pena
Apa kabar kalian sekarang? Ada yang rindu papi gak?
Kalo ada, yuk… duduk sini denganku…seperti yang biasa dulu kita lakukan bersama papi. Dalam senyum dan tawa yang tak palsu. Ah, bukankah itu salah satu yang paling kita sukai dari waktu-waktu bersama papi. Dan kini, menjadi salah satu potongan episode hidup yang paling aku rindukan… hehehe
Yaa.. kisah itu bermula di awal tahun keempat kita menjadi mahasiswa. Lazimnya mahasiswa tingkat akhir pada umumnya, kitapun diselimuti aneka kegalauan. Terlebih, setelah pembagian dosen pembimbing diumumkan. Waktu dimana kita ber-enam disatukan. Memang bukan hal baru bertemu dengan kalian, karena kita sudah terbiasa satu kelas di konsentrasi pendidikan. Tapi, saling dekat satu sama lain? Rasanya tidak.
Diantara nama-nama yang masuk dalam bimbingan dosen –yang kemudian kita sebut papi- hanya nita lah yang memang dekat denganku. Bukan.. berarti aku tidak menganggap yang lain. Hanya saja memang pada awalnya hubunganku dengan kalian tidak sedekat persahabatanku dengan Nita. Jadi wajar kan, ketika pertama kali pengumuman itu ditempel, yang ada dalam benakku hanya, mensyukuri keberadaan Nita yang satu bimbingan denganku. Setidaknya, aku akan memiliki teman bimbingan dan teman sharing.Mengingat masa-masa semester tua adalah masa dimana kita dituntut dengan tugas individu yang sangat berat.
Aku pun merasakan, kadang-kadang aku takut berjalan sendirian.. bertanya-tanya apa yang tidak aku miliki dibandingkan dengan teman lain yang lebih menonjol. Namun tidak akan ada yang berubah jika aku tetap berdiri di sini bukan?
Hingga tiba suatu waktu dimana Papi mengumpulkan kita semua, kita ber-enam untuk pertama kalinya. Dan waktu itupula kita mengutarakan bahwa kita ingin lulus juni bareng-bareng. Masih ingatkah kalian?
Pola bimbingan yang diterapkan oleh papi juga bisa dikatakan sedikit berbeda dari yang lain. Bisa dibilang seperti bimbingan bersama. Kita berenam masuk berbarengan ke ruang referensi, kadang ruang prodi, atau ruang jurusan. Selama kurang lebih 3-4 jam masing-masing dari kita konsultasi secara intens secara bergantian. Disaat menunggu giliran itulah kebersamaan itu mulai terjalin. Dalam suasana hangat berselingan canda tawa,kita bisa saling merasakan kesulitan satu sama lain, atau bahkan tersulut motivasi ketika salah satu diantara kita selangkah lebih maju.
Ditambah lagi dengan tawa khas papi yang selalu mampu mengugurkan kebekuan dan ketegangan. Bener-bener kangen masa-masa itu…L
Yang aku tahu dan aku rasakan, Papi adalah sosok yang berusaha membawa seseorang menuju pertimbangan.. beliau selalu berusaha membukakan pintu itu untukmu.. sampai kamu yakin untuk melangkah.
Masih sangat jelas dalam ingatanku, diantara kita, aku, Nita, Renata, Nina, Layyin, dan Dini. Akulah yang justru paling bimbang di detik-detik awal. Beberapa kali aku mengganti kajianku, padahal papi sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda tidak setuju. Papi justru tertawa melihatku bingung dengan kebingunganku. Beliau seolah tahu kalau aku masih belum memantapkan hati. Perlahan, berbekal pencerahan dan pertimbangan-pertimbangan dari papi, akhirnya aku pun mantap memilih kajian tersebut. Walaupun, itu artinya aku harus berangkat dari awal mempelajari pemikiran-pemikiran Pierre Bourdieu.
Hari-hari mulai terasa berat kita lalui. Kita harus membaca buku-buku referensi, jurnal-jurnal, memahami teori-teori yang memusingkan, hingga mencari penelitian terdahulu bahkan ke universitas di kota lain. Layyin, jangan lupakan kenangan kita di malang waktu itu yaa…J
Bersama kesulitan itulah kita mulai menyadari bahwa saling memerlukan adalah hal yang indah..
Lihatlah kehangatan itu..mampu menghapus semua kesedihanmu kan?
Tak sadarkah kalian? Ketika kita merasa perjalanan itu sangat berat. Dimana seringkali hasil kerja kita semalaman ngelembur, masih belum dianggap apa-apa atau bahkan sia-sia dan harus ganti total. Disaat itulah justru papi menganggap kita bukanlah seseorang yang selemah itu.
Lalu, ketika kalian merasa dipermalukan di depan kita yang lain? Saat itulah papi seolah hendak berkata jangan pernah takut bila kalian terluka.. dan cobalah untuk mempercayai orang-orang yang ada disini. Yang akan memperlihatkan jalan baru di kehidupanmu.. lebih dari yang kamu bayangkan.
Mungkin dulu kita belum menyadari, kenapa harus bimbingan bersama? Bukankah itu akan menunjukkan kekurangan didepan yang lain? Belum lagi kalo dibanding-bandingkan, secara dosen muda itu selalu mintanya serba perfect dan idealis.
Tapi akhirnya, kita menyadari kan adanya kehangatan diantara kita? Adanya tangan-tangan yang lain disaat kita butuh bantuan?
Aku tahu, kalian menganggap aku yang paling di istimewakan oleh papi. Walaupun sebenarnya, semuanya sama saja. Yang berbeda hanyalah, intensitas perjumpaanku dengan beliau lebih sering, baik dalam pertemuan-pertemuan redaksi, atau pun tim riset.
Jujur, ketika hanya aku yang berhasil ikut wisuda juni dari bimbingan beliau, sempat terbesit rasa tak enak hati pada kalian. Terutama pada kamu, Nina. Bagaimana tidak? Sejak awal bimbingan kita sama-sama sepakat bahwa kita akan lulus bareng di bulan juni. Tapi, di tengah-tengah perjalanan Nita, Renata, Layyin, dan Dini memutuskan untuk tidak terlalu memaksakan diri. Hanya aku dan Nina yang terus maju.Walaupun akhirnya, hanya aku yang diijinkan maju oleh beliau.
Saat itu, aku ingin sekali berkata padamu bahwa giliran kesempatan selanjutnya akan datang kepadamu..Lakukan segalanya yang kamu bisa.. dan giliran kesempatan itu suatu saat pasti datang. Mungkin akan terlihat jauh, namun sebenarnya semakin dekat. Nyatanya, kalian bisa kan wisuda bareng-bareng bulan oktober?? J
Teman… Aku dekat dengamu di MC.
Hingga pada saat itu.. dimana kita harus melangkah pada jalan masing-masing.
Perpisahan adalah proses pembaruan dari tekad kita. Bahkan ketika kebersamaan itu telah lenyap.. kalian akan tetap berharga untukku.. MC..^^
salam sukses untuk kalian semua...^^
Apa kabar kalian sekarang? Ada yang rindu papi gak?
Kalo ada, yuk… duduk sini denganku…seperti yang biasa dulu kita lakukan bersama papi. Dalam senyum dan tawa yang tak palsu. Ah, bukankah itu salah satu yang paling kita sukai dari waktu-waktu bersama papi. Dan kini, menjadi salah satu potongan episode hidup yang paling aku rindukan… hehehe
Yaa.. kisah itu bermula di awal tahun keempat kita menjadi mahasiswa. Lazimnya mahasiswa tingkat akhir pada umumnya, kitapun diselimuti aneka kegalauan. Terlebih, setelah pembagian dosen pembimbing diumumkan. Waktu dimana kita ber-enam disatukan. Memang bukan hal baru bertemu dengan kalian, karena kita sudah terbiasa satu kelas di konsentrasi pendidikan. Tapi, saling dekat satu sama lain? Rasanya tidak.
Diantara nama-nama yang masuk dalam bimbingan dosen –yang kemudian kita sebut papi- hanya nita lah yang memang dekat denganku. Bukan.. berarti aku tidak menganggap yang lain. Hanya saja memang pada awalnya hubunganku dengan kalian tidak sedekat persahabatanku dengan Nita. Jadi wajar kan, ketika pertama kali pengumuman itu ditempel, yang ada dalam benakku hanya, mensyukuri keberadaan Nita yang satu bimbingan denganku. Setidaknya, aku akan memiliki teman bimbingan dan teman sharing.Mengingat masa-masa semester tua adalah masa dimana kita dituntut dengan tugas individu yang sangat berat.
Aku pun merasakan, kadang-kadang aku takut berjalan sendirian.. bertanya-tanya apa yang tidak aku miliki dibandingkan dengan teman lain yang lebih menonjol. Namun tidak akan ada yang berubah jika aku tetap berdiri di sini bukan?
Hingga tiba suatu waktu dimana Papi mengumpulkan kita semua, kita ber-enam untuk pertama kalinya. Dan waktu itupula kita mengutarakan bahwa kita ingin lulus juni bareng-bareng. Masih ingatkah kalian?
Pola bimbingan yang diterapkan oleh papi juga bisa dikatakan sedikit berbeda dari yang lain. Bisa dibilang seperti bimbingan bersama. Kita berenam masuk berbarengan ke ruang referensi, kadang ruang prodi, atau ruang jurusan. Selama kurang lebih 3-4 jam masing-masing dari kita konsultasi secara intens secara bergantian. Disaat menunggu giliran itulah kebersamaan itu mulai terjalin. Dalam suasana hangat berselingan canda tawa,kita bisa saling merasakan kesulitan satu sama lain, atau bahkan tersulut motivasi ketika salah satu diantara kita selangkah lebih maju.
Ditambah lagi dengan tawa khas papi yang selalu mampu mengugurkan kebekuan dan ketegangan. Bener-bener kangen masa-masa itu…L
Yang aku tahu dan aku rasakan, Papi adalah sosok yang berusaha membawa seseorang menuju pertimbangan.. beliau selalu berusaha membukakan pintu itu untukmu.. sampai kamu yakin untuk melangkah.
Masih sangat jelas dalam ingatanku, diantara kita, aku, Nita, Renata, Nina, Layyin, dan Dini. Akulah yang justru paling bimbang di detik-detik awal. Beberapa kali aku mengganti kajianku, padahal papi sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda tidak setuju. Papi justru tertawa melihatku bingung dengan kebingunganku. Beliau seolah tahu kalau aku masih belum memantapkan hati. Perlahan, berbekal pencerahan dan pertimbangan-pertimbangan dari papi, akhirnya aku pun mantap memilih kajian tersebut. Walaupun, itu artinya aku harus berangkat dari awal mempelajari pemikiran-pemikiran Pierre Bourdieu.
Hari-hari mulai terasa berat kita lalui. Kita harus membaca buku-buku referensi, jurnal-jurnal, memahami teori-teori yang memusingkan, hingga mencari penelitian terdahulu bahkan ke universitas di kota lain. Layyin, jangan lupakan kenangan kita di malang waktu itu yaa…J
Bersama kesulitan itulah kita mulai menyadari bahwa saling memerlukan adalah hal yang indah..
Lihatlah kehangatan itu..mampu menghapus semua kesedihanmu kan?
Tak sadarkah kalian? Ketika kita merasa perjalanan itu sangat berat. Dimana seringkali hasil kerja kita semalaman ngelembur, masih belum dianggap apa-apa atau bahkan sia-sia dan harus ganti total. Disaat itulah justru papi menganggap kita bukanlah seseorang yang selemah itu.
Lalu, ketika kalian merasa dipermalukan di depan kita yang lain? Saat itulah papi seolah hendak berkata jangan pernah takut bila kalian terluka.. dan cobalah untuk mempercayai orang-orang yang ada disini. Yang akan memperlihatkan jalan baru di kehidupanmu.. lebih dari yang kamu bayangkan.
Mungkin dulu kita belum menyadari, kenapa harus bimbingan bersama? Bukankah itu akan menunjukkan kekurangan didepan yang lain? Belum lagi kalo dibanding-bandingkan, secara dosen muda itu selalu mintanya serba perfect dan idealis.
Tapi akhirnya, kita menyadari kan adanya kehangatan diantara kita? Adanya tangan-tangan yang lain disaat kita butuh bantuan?
Aku tahu, kalian menganggap aku yang paling di istimewakan oleh papi. Walaupun sebenarnya, semuanya sama saja. Yang berbeda hanyalah, intensitas perjumpaanku dengan beliau lebih sering, baik dalam pertemuan-pertemuan redaksi, atau pun tim riset.
Jujur, ketika hanya aku yang berhasil ikut wisuda juni dari bimbingan beliau, sempat terbesit rasa tak enak hati pada kalian. Terutama pada kamu, Nina. Bagaimana tidak? Sejak awal bimbingan kita sama-sama sepakat bahwa kita akan lulus bareng di bulan juni. Tapi, di tengah-tengah perjalanan Nita, Renata, Layyin, dan Dini memutuskan untuk tidak terlalu memaksakan diri. Hanya aku dan Nina yang terus maju.Walaupun akhirnya, hanya aku yang diijinkan maju oleh beliau.
Saat itu, aku ingin sekali berkata padamu bahwa giliran kesempatan selanjutnya akan datang kepadamu..Lakukan segalanya yang kamu bisa.. dan giliran kesempatan itu suatu saat pasti datang. Mungkin akan terlihat jauh, namun sebenarnya semakin dekat. Nyatanya, kalian bisa kan wisuda bareng-bareng bulan oktober?? J
Teman… Aku dekat dengamu di MC.
Hingga pada saat itu.. dimana kita harus melangkah pada jalan masing-masing.
Perpisahan adalah proses pembaruan dari tekad kita. Bahkan ketika kebersamaan itu telah lenyap.. kalian akan tetap berharga untukku.. MC..^^
salam sukses untuk kalian semua...^^